December 18, 2009

Waktu Hamil, Anda Ngidam Apa Ya?

Baca berita gembira ttg teman kita, Anne di sini, saya langsung ingat waktu pertama kali nyonyah hamil dan mengidam.

Kata pakar perngidaman (ada ilmunya tersendiri ya?), mestinya ada korelasi antara wanita hamil yang ngidam makan sesuatu, dengan kebutuhan jabang bayi bagi pertumbuhannya di dalam kandungan.

Misal, kalau jabang bayi membutuhkan zat kalsium, kapur, tentu saja dia gak bisa bilang terus terang kepada ibunya: Bu, minta tablet kalk atau yang kudu dicemplungin ke dalam air jadi bersoda itu. Jadi melalui 'mind reader' di bawah sadar si ibu, maka dikirimlah sinyal-sinyal khusus ke CPU - Central Processing Unit ibunya di kepala, dan si ibu lantas tiba-tiba saja pengen makan..... kapur tembok!

Itu sekedar contoh saja, kalau butuhnya zat besi, apa lantas sang ibu jadi pengen makan paku ya? Hehehe...... kalau paku hutan aka pakis sih masih mayan, enak tuh dicah pakai belacan juga.

Nah, waktu nyonyah saya hamil anak pertama kami, sekitar Januari 1985, Jakarta jaman-nya masih serba sederhana. Lalu lintas belumlah secanggih macetnya seperti sekarang. Belum ada busway, belum musim banjir entah 3 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan. Paling banjir lokal di langganan lama di kawasan Deplu - Pondok Pinang dan kompleks IKPN - Bintaro itu, saya ingat persis sebab ada (alm) boss saya yang rumahnya di Kompleks IKPN, suatu hari siang-siang bolong panas terik, tiba-tiba saja di telepon dari rumahnya yang mengabarkan bahwa rumahnya kebanjiran tuh!

Jajanan juga belumlah seramai sekarang, di mana-mana bisa ditemui food court dengan aneka makanan, baik dari mancanegara model fried chicken ataupun makanan daerah seperti bebek goreng, pecel lele begitu. Yang jual gado-gado juga tidaklah sebanyak dan sengayah sekarang bertebaran di mana-mana saja.

Entah ada zat apa yang diperlukan calon anak pertama kami, tapi nyonyah tiba-tiba sajah sore-sore pengin makan gado-gado, yang dijual abang-abang itu.

Kalau pas hari biasa, pagi, mungkin tidak masalah dia minta gado-gado ya. Tapi ini menjelang sore, hari Minggu pula. Ke mana saya mesti mencari gado-gadonya? Anda tahu toh kalau gado-gado di Jakarta pan makanan pagi sampai siang ajah.

Jadi saya keliling seluruh Jelambar, Jakarta barat, naek Daihatsu Charade inventaris kantor. Masuk-keluar jalan kecil, yang disinyalir merupakan tempat mangkal tukang gado-gado. Tapi, tidak ada tuh! Semua orang yang ditanya, tukang-tukang becak - belum dilarang beroperasi waktu itu, juga tidak ada yang tahu. Ada satu dua tempat memang menjadi tempat mangkal tukang gado-gado, tapi sudah tutup sejak siang sekitar pukul 13:00

Cilaka dah! Masak anak pertama kami nanti mesti ngences terus ya?

Akhirnya saya putar-putar lagi, sampai ketemu di satu jalan kecil entah di kompleks perumahan apa, masih dekat-dekat Jelambar situ, masih ada satu ibu-ibu yang buka kedai gado-gado di rumahnya. Tanpa banyak cingcong langsung saya pesan seporsi dan bawa pulang dengan senangnya.

Nyonyah sudah agak-agak manyun menunggu kurirnya mencari gado-gado. Syukurlah dia tersenyum sumringah melihat saya turun dari mobil bawa satu bungkusan dari daun pisang, jaman itu belum begitu musim gado-gado dibungkus kertas berplastik sih.

Begitu dibuka, dia langsung makan sesuap, lontong + sayur yang berbumbu kacang itu. Sesuap? Ya, hanya sesuap dan......... selesai sudah!

Sudah? Iya. Sudah. Cuma kepengen cium baunya dan rasakan sedikit rasanya saja, jeh!

Ya sudah. Akhirnya saya juga yang mesti menjadi recycle bin menghabiskan gado-gado yang biasa-biasa saja rasanya itu. Dalam hati sih rasanya bagaimana gitu, tapi biarlah dari pada anak saya kelak ngences (berliuran) toh? Baguslah ternyata kemudian si Koko tidak ngences.

Jadi, waktu hamil dulu, anda ngidam apa ya?





PS: Gambar ibu hamil diambil dari MS Office ClipArt media file.

IT'S WORLD TIME: