December 30, 2009

Daripada Dibajakin Mulu, Mendingan Kita Ngebajak Aza, Yuk?

Hehehe.... tahun 2009 sudah sisa 1 hari 14 jam lagi, apa yang sudah anda lakukan selama ini? Sudahkan karya anda dibajak? Sebab pembajakan atas karya anda merupakan 'komplimen' - pujian, suatu bentuk penghargaan yang secara jelas-jelasan, gamblang-gamblangan dan terang-terangan memuji karya anda yang bagus itu.

Mana ada sih orang yang membajak karya yang jelek 'kan?

Sudahkan anda dimusuhi orang juga? Digunjingin, dikerahin massa - baik secara literal, kasat mata maupun diam-diam di belakang layar? Itu juga pertanda anda layak dan patut diacungin jempol, sebab, kata mods di milis sebelah, mereka cuma menyasar orang-orang seperti anda yang menonjol saja. Yang layak dijadikan sasaran iri, disirikin, sebab mereka tak mampu. Hehehe...... iya begitu tah? Mana mau mereka menyasar saya yang bukan siapa-siapa ini toh?

Jadi, daripada kita dibajakin terus, digosipin terus, digunjingin terus,
dimusuhin terus, mari kita ngebajak aza, yuk!

Sambel bajak, saya kenal namanya pertama kali ketika masih 'jaman' susah tinggal di asrama dulu. Waktu itu, saya kuliah di Yogya, tinggal di asrama. Namanya asrama, uang asramanya sekitar Rp 500 per bulan (kalau tak salah, sebab kayaknya saya dapat kiriman wesel per bulan Rp 2.000, uang kuliah Rp 800 per bulan) sekitar abad 1974-an, tentu saja makannya ala kadarnya, walau sehari disediakan 3 kali makan, nasi refill - all you can eat (sekul-ipun mawon nggih!), dengan sayur-mayur (paling sering: kangkung, bayem dan kol) dicah polos atau berkuah, tahu-tempe nyemek dengan bacem berbumbu tipis-tipis (kalau digoreng itu sudah termasuk luxury) dan lauk oseng-oseng kikil atawa tetelan berkulit ganemo aka tangkil atawa melinjo aka belinjo(?), sesekali daging berurat alot. Atau, kalau anda cukup beruntung, dapat extra kolesterol berupa baceman 'selang' (iso 1974 aka us-us) atawa 'handuk' (babat tanpa wingko).

Handuk? Hahaha.... mengingatkan saya ttg orang (yang penasaran dan suka ngintip note yang sudah disimpen dalam peti es di MP itu) yang heboh gak kebagian handuk nih.

Oke, back to perkara bajak-membajak lagi ya, sebelum jadi melenceng jauh dari pakem semula saya ngepost di akhir tahun ini.

Jadi, kalau anda punya ibu yang baik (dan bener?), ketika anda mudik liburan atau lama gak balik, mungkin saja anda mendapat paket dari rumah atau dioleh-olehi oleh-oleh berupa makanan kegemaran anda di rumah. Namanya makanan kegemaran, tentu berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Berbeda-beda makanannya, tapi satu tujuan jua: menjadi selingan yang sungguh nikmat sangat tuh, jeh!

Saya kebetulan cukup beruntung punya saudara di Solo, saya ber'cifu' kepadanya, dia adalah suami-nya alm. 'kakak setengah' (half sister) saya. Jarak Solo-Yogya waktu sih bisa bisa ditempuh dalam waktu sekitar 60 menit, naik 'travel' colt yang jaman itu dipasangi alarm yang akan terus-terusan bunyi kalau anda injak gas yang menyebabkan kendaraan lari lebih dari 100 km/jam. Maksudnya tentu supaya sang supir melambatkan laju mobilnya, ndak boleh ngebut. Tapi tentu saja orang kita pandai-pandai, jadi cuma sebentar ajah tu alarm keselamatan diri sang pilot beserta para penumpangnya itu sudah tak berfungsi lagi, cep-klakep meneng bae, jeh!

Jadi, kalau saya 'dolan' ke Solo, pulangnya saya suka dioleh-olehi abon Varia
(belum ngetop seperti sekarang, tanpa label pula!) yang belinya di Coyudan(?) ndak perlu lewat pintu belakang atau mesen ama kangmas tukang becak di sekitar situ saking takut gak kebagian itu.

Yang ngoleh-olehi saya ini kakak angkat saya
(isteri baru cifu saya), dan tak lupa sebotol bekas NDC - Non Dairy Creamer merek Carnation, ukuran kecil itu, yang diisi........ sambel Lampung (begitu istilahnya dulu, belum branded) yakni sambel yang sekarang dikasih label (branded) merek Dua Burung BeliBis (dasar iseng tuh burung, gak bisa nyetir ajah beli bis, buat apa ya coba?).

Kalau pas tiba di asrama, tu sambel dan abon termasuk luxury juga, ya tentu
saja, dibandingkan selang atawa handuk toh? Jadi, saya mesti eman-eman tu 2 jenis makanan andalan saya, dicukup-cukupkan untuk bisa cukup seminggu. Cuma dibawa secukupnya saja ke ruang makan, untuk dibagi ke teman makan kanan dan kiri di meja makan (kami makan di ruang makan aka refter, ruang besar dengan banyak meja makan yang berisi 10 kursi per meja) - atau paling banter yang semeja ber-10, stock logistik pribadi selalu disimpan di lemari dalam kamar - di lantai dua kompleks asrama.

Saya biasanya bawa sebotol kecil cukup sekali makan. Pernah sekali waktu saya bawa ke meja makan untuk sarapan, lantas kelupaan gak bawa balik botol induk (ex Carnation NDC itu) yang masih berisi separuh sambelnya, ditinggal kuliah, siang-siang pulang sudah tinggal botolnya doang.


Nah, satu teman saya yang Kera Ngalam, aslinya dari Malang, Jatim, kalau habis mudik, mesti bawa setoples besar (beling, belum jeman plastik masuk pada era tsb.) berisi..... sambel bajak!

Sambel bajak buatan ibu teman saya ini bener-bener istimewa sekali.

Bukan sembarang sambel bajak yang seperti biasanya, cuma terdiri dari cabe lombok + racikan aneka rupa rempah dan bumbu dan terasi(?) lantas digoreng dengan minyak cukup berlimpah sebagai esktra asupan lemak, just FYI - For Your Information ajah, di asrama minyak itu termasuk barang langka: semua bahan diolah secara 'sehat' tanpa minyak: dikukus, dicah, direbus atau dibikin sup berkuah banyak, encer.

Jadi, sambel bajak-nya macam mana?

Ibu teman saya, seorang single mom kalau sekarang biasa disebut ya, sangat
sayang kepada anak-nya yang paling barep atau ragil (bungsu?) ini, kawan saya itu tentu maksudnya, jadi karena anak-nya lapuran bahwa di asrama-nya kekurangan gizi yang baik dan bener, so there were a little extra added to the pirate chili paste she made for her beloved son - tumpuan harapan masa depan sang ibunda: keratan daging sapi has dalam yang empak-empuk, dengan potongan dadu yang mayan gede, sekitar 20 mm x 20 mm x 20 mm (namanya dadu toh?).

Saya inget sampai sekarang, sebab
saya pertama kali dikasih icip-icip, boleh nyomot langsung dari toplesnya, satu kerat daging itu sekitar seruas jempol tangan saya, dengan ukuran segitulah. Kalau ternyata jaman itu ukuran seruas jempol saya tidak selebar 20 mm, ya bukan salah bunda mengandung dwong, dweh, jweh ya!

Oke. Selama ini saya sudah terkondisikan dengan baik dan benar, bahwa yang namanya sambel bajak itu, pakemnya ya tentu ada keratan daging tak berlemak (lemak sapi akan menggumnpal pada suhu ruang toh?) yang cukup berlimpah disisipkan ke dalam sambelnya. Jadi kalau tanpa daging, saya anggap itu sih cuma sekedar sambelbajak-sambelbajakan doang ya?

Lha, kalau bukan HP, katanya pan cuma
printer biasa sih, tuh!

Pertanyaan saya, khususnya kepada para Kera Ngalam atawa sesiapa saja di mari yang faham benar pakemnya 'sambel bajak', sebenernya pakem standar-nya pigimana sih? Lha, saya pernah gembira mendapati sebotol kecil sambel bajak branded di rak supermarket, tapi koq isine mung sambel lombok thok tanpo daging blasssh?

Begitu pun pernah ada teman kantor yang katanya ibunya jago masak
sambel bajak, ketika saya special request minta dibuatin, dibikinin di rumahnya dan dibawa sebotol ke kantor, isine ya mung sambel lombok abang thok.

So, daripada mikirin tukang bajak (dan biang gusip yang memang sukanya mbakar api dalam sekam), mari kita mbajak cerita sambel bajak ajah, kumnplit pake resepnya supaya lebih afdol, juga fotone sisan, ben kalau resep sambel bajak enak ni mau dibajak, tu pembajak-nya tinggal copy paste aza. Yuk, yuk, yuk.........!

Mangga, monggo, sila.....




PS: Foto nasi goreng istimewa pake abon Solo itu, dibajak dari sini.

IT'S WORLD TIME: