December 28, 2009

My Very First Camping - Makan Bubur Berkuah Sayur Asem.

Baca status di FB, ada satu teman yang cerita ttg anaknya yang camping, pulang-nya banyak sekali ceritanya. Saya jadi ingat jaman pertama kali ikut camping, pelajaran pramuka waktu masih SMP, sekitar tahun 1968-an. Camping ground-nya tidak begitu jauh, dekat perumahan penduduk, di satu alun-alun di daerah pinggiran kota, sekitaran kaki Gunung Ciremai [mana ada gunung lain di Cirebon ya].

Jadi, sebelum berangkat, regu kami - kalau tak salah enam orang, cowok semua bagi tugas. Siapa yang mendirikan tenda, siapa yang belanja sayur di pasar. Saya kebagian tugas logistik aka menyiapkan nasi dan lauk + sayurnya.

Jaman itu, belum musim sayur RTC - Ready to Cook seperti yang sekarang disediakan di supermarket dalam kantong plastik itu, sudah kumplit bahan dan bumbunya, tinggal cemplang-cemplung ajah gitu. Lha, waktu itu 'kan supermarket-nya ajah belum terpikirkan kapan mau dibangun sih, jeh!

Saya sudah belajar masak sayur asem, menanak nasi dan nguleg sambel, hasil kursus kilat kepada si mbok - asisten dapur di rumah kami.

Beres dah pokok-na mah, euy!

Pas tiba di tempat camping, tenda sudah berdiri. Saya mulai menanak nasi, pakai sistemn-nya liwet ajah, masak di panci, dituangi air-nya sampai satu ruas jari permukaan airnya - begitu instruksi yang sata catat di buku memo.

Panci berisi beras sudah tarok di tungku batu-bata, sayur asem sudah mulai diracik, sesuai petunjuk, bumbu sebagian diuleg, sebagian cemplang-cemplung tanpa takaran (jadi kebiasaan sampai sekarang tuh!), lalu goreng asinan cumi kering dan gesek (ikan asin kering aka gereh), sambel diuleg, beres semua.

Seorang teman saya ikut bantu menjaga nasi ditanak dalam panci, dia lihat airnya sudah mulai mengering, maka saya minta dia tambahi airnya lagi sedikit. Tadi dia sudah kasih air setinggi seruas jarinya waktu mulai masak.

Pas waktu makan, ada satu guru kami yang ikut ngariung di kelasa (tiker) di depan tenda kami, dengan penuh yakin dan pede, kami bagikan sayur asem dalam panci ke mangkuk-mangku yang sudah kami bawa. Iwak gesek goreng + cumi asin goreng tarok di piring saji, tarok di tengah, sambel + lalaban mentah juga tarok di tengah.

Kalau semuanya lancar, ya gak usah diceritakan toh?

Nah, giliran mau ambil nasi dari panci, lemes dah saya....... tuh nasi kebanyakan banyu (air) jadi benyek persis bubur! Tentu saja airnya kebanyakan, lha temen saya yang ngukur itu orangnya tinggi, dan jari tangannya tentu lebih panjang dari ukuran rata-rata. Waktu dibandingkan, benar saja, ruas jari dia sama dengan 1,5 kali ruas jari saya.

Ya sudah, makan malam kami jadinya bukan 'Bursop' (Bubur Sop Ayam) tapi Bursem - Bubur Sayur Asem.

Anda mau tah?




IT'S WORLD TIME: