December 03, 2012

Hai, pakabar? | Dah makan?

Kalau belum makan, makanlah dulu.
Jangan lupakan makan, karena sibuk.
Lebih baik lagi kalau bisa makan enak.
Bisa makan bareng keluarga, kerabat atau teman-teman.

November 30, 2012

Masih Bisa, Koq?

Eh, masih bisa ngepost nih, jeh!

November 29, 2012

yok ke http://globe.mosquelife.com/ophoeng

yok ke http://globe.mosquelife.com/ophoeng

isi:
kode verifikasi qdg7te1yckg895d61nlwatddfgkao24e7579lj8s

May 06, 2012

Ungkapan - Cobalah Pake Sepatu Dia, Jeh!

Put yourself in someone's shoes, itu ungkapan dalam basa Inggris. Artinya kira-kira: cobalah memandang dari sudut pandang orang tsb. Ini dipakai kalau anda menghadapi masalah dengan orang lain.

Agak sulit memang, apalagi kalau anda, lelaki, mesti berhadapan dengan seorang perempuan, misalnya.

Pertama, kaki anda tentu saja relatip lebih besar dari kakinya. Pasti sakit kaki anda kalau memaksakan diri memakai sepatunya. Di samping anda tidak mungkin bisa memakai sepatu dengan high heel, bertumit tinggi, bisa keseleo deh kaki anda tuh, jeh!

Kedua, jelas beda sudut pandang kalian - kerana pengalaman hidup, dan lingkungan kalian pun berbeda.

Buat saya, kalau saya sudah tidak merasa cocok dengan anda, saya tidak akan ngotot terus berdekat-dekat dengan anda. Coba terus untuk masuk dalam kelompok lingkungan anda. Datang sendiri atau pun diajak teman saya yang kebetulan teman anda juga. Apalagi kalau saya sudah tidak tercantum dalam daftar network anda.

Jagalah gengsi barang sedikit-lah, euy!

Untuk apa sih mesti kudu harus ngotot begitu? Lha, hidup cuma sekali, kenapa mesti memaksakan kehendak sih? Anda punya lingkungan network sosial anda sendiri, dan saya pun punya sendiri. Ibarat kata ungkapan dalam cerita silat: air sumur tidak perlu bergaul dengan air sungai toh?

So, bagaimana saya mau dan bisa 'memakai' sepatu anda - lha, DNA-nya sudah berbeda. Buat anda, mungkin saya adalah musuh bebuyutan yang mesti dibasmi seakar-akarnya, sehingga anda terus ajah berusaha masuk dalam lingkungan saya, membusukkan saya, supaya orang-orang lain, teman-teman anda tidak mau berada dalam network saya. Itu-lah 'sepatu' anda. Beda 'kan dari 'sepatu' saya tuh.

Anda mau 'pakai' sepatu (butut) saya tah?





PS: Gambar diambil dari MS Office ClipArt media file.

May 05, 2012

Arsip - Surat Kepada Customer Service Multiply.

Cuma sebagai arsip saja, barusan saya kirim surat ke Customer Service Multiply, tentang Premium Membership, sebagai berikut:



Dear Sir/Mam,

Hi! How are you? Hope you are all fine as I am now so far.

I understand that you just charged me for annual premium membership via my credit card, which I NEVER approved nor agreed to extend. You have charged me inappropriately without my knowledge.

So please refund me the sum of US$ 19.95 to my bank.

Thank you.

Best regards,
Ophoeng

April 26, 2012

Entahlah - (4): Subsidi, Buat Siapa Nih?

Baca status seorang teman di FB, atau baca posting di milis, ada yang begitu terpengaruhnya ama kampanye 'Subsidi' BBM. Sampai-sampai tu orang bilang, memalukan sekali, naeknya mercy tapi ngisi BBM-nya premium. Saya ajah yang cuma punya-nya gerobak, minumnya Pertamax - begitu katanya.

Bagus banget tuh kampanye-nya, sampe bisa merasuki pikiran orang-orang sedemikian rupa, sampe ada ajah orang yang begitu militan - dengan lantang berani menunjuk hidung orang kaya yang tidak 'peka', ikut rakus, ikut 'merampas' hak rakyat berupa subsidi, jeh!

Hah? Sejak kapan sih kebebasan orang mau pakai apa buat keperluan dirinya sampe diatur begitu. Lihat ajah, begitu ada aturan pembatasan pemakaian premium, mestinya itu jadi lahan subur untuk dijadikan 'proyek'. Mau bikin keputusan ajah sudah sejak kapan gak jadi-jadi toh?

Lalu, menjadi kaya itu, salahnya di mana sih? Kenapa sampe dileceh-lecehkan begitu ya.

Masalah BBM, subsidi-nya itu subsidi buat siapa?

Kalau lihat paparan KKG - Kwik Kian Gie, mantan Menteri Ekonomi(?), dengan jelas dan gamblang beliau bilang gak ada itu subsidi. Kalau bisa efisien, Pertamina mestinya untung. Efisien, berarti juga kalau tidak ada 'upeti' atau pemalakan yang diambil dari keuntungan Pertamina - dibebankan ke harga jual untuk masyarakat.

Sumbernya? Coba google ajah deh ya.

Pun begitu, bukankah orang kaya di Indonesia itu ya rakyat juga, malah mereka bayar pajaknya lebih tinggi - kalau ada kong-kali-kong, ya itu sih di luar wewenang saya dwong.

Orang kaya bisa dan mampu buka perusahaan, pabrik, toko, resto, membuka lapangan kerja, menghidupi orang-orang: karyawannya, supplier-nya, keluarga karyawan dan keluarga supplier-nya. Jangan dilupakan para tikus, koruptor, mereka hidupnya dari mana tuh - termasuk 'subsidi' juga?

Juga, jangan dilupakan: orang kaya banyak duit, bisa beli rumah, beli mobil, beli baju, beli tas, beli makanan, belanja, di toko-toko atau perusahaan yang menghidupi rakyat banyak juga toh? Mungkin saja anda bekerja di satu toko di mal, yang pelanggannya itu - errr, orang kaya 'kan?

Entahlah, sebenernya siapa sih yang disubsidi ya?

April 25, 2012

Entahlah - (3): Free Man - Turun-Temurun Ya?

Free Man, persisnya sih dari basa Belanda vrijman, itu katanya asal-muasal nomenklatur 'preman'. Manusia bebas, merdeka. Jadi maunya berbuat apa ajah, sesuka hatinya, tidak sesuai norma yang sudah berlaku sebelumnya.

Lantas entah mengapa, preman mengandungi konotasi 'miring', gak baik.

Entahlah, tiba-tiba saja saya ingat masa-masa SMP.

Seperti pernah saya ceritakan di sini, saya gak punya ijasah SD - Sekolah Dasar, maupun SR - Sekolah rakyat, gara-gara sekolah saya ditutup sebelum saya ujian kelas 6. Tapi, saya bisa masuk SMP dengan masa percobaan, kalau bisa mengikuti dalam 1 kwartal, saya boleh lanjut, jeh!

Kelas IPA - Ilmu Pengetahuan Alam, kami dapat tugas kelas yang mesti berkelompok. Rumah orangtua saya yang belum lama dibeli di kawasan Sukalila Selatan, Cerebon, masuk gang, pas kosong. Saya tawarkan untuk mengerjakan tugas di sana.

Kerana tidak tinggal di rumah tsb., saya tidak tahu kalau di gang tsb., ternyata adalah 'markas' preman yang menamakan diri sebagai 'Flower Generation' - ada graffiti di tembok rumah di mulut gang, berrupa anak muda berrambut panjang (bukan sekedar gondrong) dan penuh dengan
bunga-bunga.

Flower generation? You know-lah, itu yang punya lagu 'kebangsaan'nya San Francisco tahun 1970-an itu lho, dengan logo seperti ini:

Jadi, kami pun asyik mengerjakan tugas, kalau gak salah mengenai pertumbuhan kecambah.

Selesai mengerjakannya, teman-teman yang membawa sepeda, ada sekitar 5 orang, baru ajah mau menggowes sepedanya, ternyata mendapati semua ban sepeda sudah kempes - pentil-nya dibuang entah ke mana.

Ternyata itu ulah preman di gang tsb., yang mungkin merasa daerah 'kekuasaan'nya sudah kami langgar.

Saya sudah lupa ama kejadian tsb. Lalu saya lulus SMP, lulus SMA dan kuliah. Pernah pas pulang dapat berita bahwa kepala preman yang dulu jahil kepada teman-teman saya sudah game over. Tapi, nah ini dia: adiknya yang waktu kami dijahili dulu itu masih SD, lantas menggantikan 'jabatan' abangnya itu.

Rupanya, virus vrijman itu menurun ya?




PS: Gambar Hippie di'pinjam' dari MS Office Clip Art media file.

March 17, 2012

Entahlah (2) - Iklan is A Media to Harass Others, Tah?

Kalau menurut definisinya di sini adalah:

ha�rass (h-rs, hrs)
tr.v. ha�rassed, ha�rass�ing, ha�rass�es
1. To irritate or torment persistently.
2. To wear out; exhaust.
3. To impede and exhaust (an enemy) by repeated attacks or raids.

Ada tiga arti pokok dalam basa Inggris tsb., ketiga-nya mengandungi makna yang negatip, basa Indonesianya: melecehkan.

Beriklan, sepanjang yang saya pernah diajarkan dulu waktu magang di biro iklan, juga dari buku-buku terbitan lama dari pakar periklanan bekas koki David Ogilvy - sang (bapak) guru periklanan, mestinya adalah berkomunikasi dengan prospek pelanggan, dengan cara simpatik, tanpa diskriminasi, tanpa melecehkan.

Prospek konsumen aka pelanggan adalah semua orang, sesiapa saja, walau pun ada batasan yang dinamakan target audience. Pembatasan mana tidak menutup kenyataan bahwa semua orang mestinya adalah prospek konsumen anda toh?

Tapi, tengoklah iklan deodoran yang mempopulerkan istilah 'burket' - bubur ketek. Menggambarkan bahwa orang yang bermasalah dengan aroma tubuhnya, merupakan suatu aib luar biasa - mesti dijauhi, dipinggirkan.

Apakah itu suatu bentuk iklan yang ber-aura positip? Mengajak orang untuk coba melihat suatu produk untuk mengatasi problemnya? Benar. Itu suatu alternatip. Sah-sah sajah, anda yang punya posisi untuk memutuskan, juga uang untuk membayar iklannya.

Rasanya masih ada cara lain yang tidak melecehkan 'kaum' yang bermasalah dengan aroma 'asli' tubuhnya toh?

Entahlah, mungkin anda setuju dengan saya?




PS: Gambar diambil dari MS Office ClipArt media file.

February 12, 2012

Food Review - Too Much of A Good Thing?

Saya suka makan, makan enak terutama. Dan, saya suka cerita, cerita makanan enak tentu. Tapi, kalau disebut sebagai food reviewer, kayaknya sih saya bukan tuh.

Saya cuma suka makan yang enak, makannya saja, kalau enak ya saya cerita. Karena katanya kalau perut kenyang, hati pun senang. Kalau tidak enak ya saya diam saja. Ngapain?

Jadi, kerana saya suka cerita makanan enak, saya pernah diundang oleh seseorang yang katanya mau buka resto soto di kawasan Bintaro - gak usah disebut lokasi persisnya ya. Undangan berupa e-mail, masuk jauh-jauh hari.

Saya diminta icip-icip saja, lalu kasih komentar, katanya.

Oleh karena saya bukan food reviewer profesional, yang diundang, dan dibayar(?), lalu diminta cerita, tentu saja saya ndak datang. Salah alamat tu undangannya. Jadi saya bilang saya tidak bisa hadir.

Belakangan, dari satu TM di milis sebelah, saya baru tahu ternyata acaranya bukan sekedar icip-icip saja, tapi merupakan FGD - Focus Group Discuccion. Suatu kegiatan yang biasanya diselenggarakan oleh biro riset dan studi, dalam upaya menemukan sesuatu yang layak jual - kegiatan marketing. Mereka dikumpulkan, dipilih dari kelompok SES - Socio Economic Status sesuai target market yang hendak dicapai oleh produk tsb.


February 06, 2012

:: ASAL-MUASAL LONTONG CAPGOMEH ::



Nah, sambil menunggu versi cerita dari para pakar pelestari budaya, ini ada versi cerita ttg asal-muasal Lontong Capgomeh dari nara sumber yang ogah disebut namanya, dan kebenarannya terserah penilaian masing-masing ajah dah yah...

Alkisah, di suatu desa kecil di tepi sungai Cisanggarung, ada seorang Tenglang tuan tanah yang biasa open house kalau pas Imlekan. Namanya juga tuan tanah, tentu saja open house itu ya gak cuma pentang pintu rumahnya lebar-olebar, tentu saja sedia aneka tiam-phan (manisan) rupa-rupi, buah-buahan, dan aneka rupa-rupi masakan dari babai. Pokok-na mah, anything but babai, jeh!

Maklumlah si tuan tanah masih bersodara ama seorang peternak babai di desa tetangga, jadi tentu saja si sohib sudah sediaken delapan ekor babai (ingat angka hokkie: 8) yang sengaja selama setahun gak disuruh ngapa-ngapain cuma buat macekin para betina dan makan-tidur-goleran sajah - supaya gemuk dan berlapis-lapis samcwan-nya tebel-mebel, menunggu Imlek untuk disembelih bareng-bareng dijadikan aneka masakan buat menjamu para leluhur waktu sembahyang maleman ce-iet, sekalian pun menjamu tetamu open house sang tuan tanah yang baik hati, tidak sombong dan bijak bestari ini.

Tentu saja ada ayam opor - pengaruh kearifan budaya lokal tempatan sebagai suatu bentuk akulturasi, ayam goreng mentega, burung dara goreng, ikan bandeng dipindang, sampan (gurameh) masak cengcuan, dan semuanyah - sesuai alam hidup para hewan ini: darat, air, dan udara. Sesuai dengan motto Tenglang: apapun yang berkaki empat, kecuali meja, dan apa pun yang terbang, kecuali pesawat -kudu dimakan. Ja-im dikitlah juga, masak tuan tanah gak royal sedia makanan, pan cuma setahun sekali ajah - sekalian bagi-bagi rejeki kepada para tetangganya yang jadi peternak hayam, burung, petambak ikan, yang mungkin masih hidup di bawah garis kemiskinan toh?

Ada babai hong (khew-nyuk), chasio merah-putih, atau pun babai kecap masak pete sebagai cara ikut sumbangsih dalam proses akulturasi budaya, sambil pula membantu masyarakat sekitar petani gurem yang menanam peuteuy, euy!

Hari ke-7 mereka sembahyang, gak lupa pake sesayuran 7 rupa sesuai petunjuk primbon dari kakek-moyang ttg hal itu, kerana deket sungai, salad 7 rupa sayur dari hasil kebun-nya sendiri si tuan tanah ditambahi ikan, diseseti tipis-tipis, jadi kayak fish fillet. Belum juga nyonyah-nya keburu masak, tetamu dah pada dateng, ya sudah disajikan ajah mentah-mentah, pake saus jeruk nipis yang banyak tumbuh di kebun belakang, ditambah gula dan dimasak - jadi kayak saus lemon cui ala Ponti gitu-lah. Lalu diaduk-aduk ajah bareng-bareng, biar seru, ya sambil diabur-aburken ke atas sambil teriak-teriak saking gembiranya masih bisa pada kumpul makan bareng arme-rame toh?

Nah, dua pekan (dulu sih sepekan cuma 5 hari, tapi belakangan koq jadi 7 hari, akhir pekan = sabtu dan Minggu, tambahan 2 hari buat bonus?) aka 14 hari makan-minum di rumah tuan tanah, masakannya serba berbabai, tentu saja orang jadi pada bosyen-mosyen atuh ya?

Pas pada hari ke-15, ce-it cap-go, mesti sembahyang.

Tetamu handai tolan, kerabat relasi pada dateng. Nyonyah lupa belum masak, sementara masakan berbabai left over sudah pada habis, cuma sisa opor ayam, dan tetamu pun pada bosyen makan babai-babaian terus. Kebetulan ada tukang lontong sayur lewat, ya dipanggil ajah buat ngeganjel perut kosong, lengkap sudah lontong + lodeh labu dan telur. Kebetulan di dapur asisten rumah tangga masak sambel goreng udang pake pete, ya sudah disajikan bareng, dicampur ama tuh lontong sayur yang sudah pake opor.

Eh, iseng si nyonyah tuan tanah lihat ada bubuk kedele di toples, entah sisa bikin kuwih apa lupa lagi, biar tambah gurih, ya ditaroklah tu bubuk dele, sebagai topping dan finishing touch.

Waktu ditanya ama tetamunya, yang pada kenikmatan makan tu menu saking dah pada kelaparan lama nunggunya, apa nama menu itu - dengan spontan ajah si nyonyah tuan tanah bilang: Lontong Capgomeh - yang keingatan sesuai kalender harian berangka 'cap go' (15) sih tuh.

Sejak saat itulah mereka yang pada ikut makan di situ, meneruskan tradisi makan Lontong Capgomeh pada ce-it cap-go kepada anak-cucu-mantu-cicit-buyutnya yang kemudian tersebar ke seluruh P. Jawa, jeh!


***PS: Kalau gak percaya dan anggap cerita ini salah, sila disanggah dan ceritakan versinya sendiri ya - bebas ajah-lah...***

January 27, 2012

Bea Siswa (1) - Kalau Gak Niat Berangkat, Gak Usah Ikut Test, Dwong!

Tidak terasa, tahun ini adalah tahun ke-10 anak saya, Dede, tinggal di Singapura. Sudah mendapat PR - Permanen Resident. Ada beberapa keuntungan menjadi PR di sana, tapi juga ada kewajiban tertentu, tentunya. Sebagian orang bilang 'rugi', tapi sebagian bilang is good - terserah dari sudut mana anda memandangnya ajah ya.

PR ini memang nggak sulit untuk mendapatkannya. Katanya sih kalau anda mau, kapan saja bisa, asal anda deposit sejumlah uang sebagai bentuk niat baik anda untuk investasi di sana. Kalau tidak, ya ada prosedur khusus yang kayaknya sih gak mudah-mudah banget, jeh!

Awal-mulanya si Dede bisa bersekolah di Singapura, sebenernya sih atas usaha dan ikhtiar sendiri. Kami, saya dan nyonyah, boleh dibilang tidak banyak peran untuk itu.

Waktu itu, sekitar Juli 2002, Dede baru saja mulai masuk kelas 3 SMP BHK - Bunda Hati Kudus, Jelambar, Jakarta barat. Sejak TK dia sudah di BHK. Guru wali kelasnya suatu kali menawarkan kepada murid-murid yang termasuk ranking 3 besar untuk ikut test beasiswa dari MOE - Ministry of Education Singapore.

Akhirnya ada 10 murid BHK yang didaftarkan. Mereka diajak belajar bersama atas bimbingan guru tsb.

Waktu test, ternyata banyak juga yang ikut dari beberapa sekolah di seluruh Jakarta. Ada satu sekolah dari Jakarta Timur yang gak tanggung-tanggung: mengirim 50 orang murid yang mestinya sudah hasil saringan di sekolahnya.

Materi yang di-test adalah matematika dan basa Inggris. Dari 10 orang dari BHK, lulus test 4 orang, kalau gak salah. tapi, dari 50 orang anak yang dari sekolah lain itu, tidak ada satu pun yang lolos.

Akhirnya, setelah wawancara dengan ketua panitia dari Singapura, cuma si Dede yang berhasil lolos dan mendapat 'tiket' sekolah di Singapura dari 3 orang tsb. Yang lain ada dari Santa Ursula dan lainnya, total sekitar 15 orang anak yang diterima untuk kloter tsb.


IT'S WORLD TIME: