December 12, 2009

Gak Nyangka, Deh!

Mestinya anda pernah takjub, terkejut bilang: gak nyangka, deh! Anda gak nyangka kalau anak anda bisa dapat juara satu lumba menulis tingkat nasional, misalnya. Anda merasa heran, sebab anda tidak pernah tahu bahwa anak anda sebenarnya diam-diam suka menulis di blog.

Kalau anda tidak mengharapkan sesuatu, tapi toh sesuatu itu terjadi, anda merasa heran. Wajar saja toh? Baca posting seorang teman 'kontak' MP saya di sini, saya jadi pengen juga cerita nih.

Jadi, kalau anda ketemu teman, anda merasa sreg dengan-nya, lalu anda curhat - ttg apa saja. Tapi anda tiba-tiba heran, curhat anda koq jadi beredar di mana-mana - berkat kemajuan teknologi internet. Sampai-sampai anda mesti berurusan di depan meja hijau dengan pihak lain yang merasa anda serang, baik secara pribadi maupun institusi. Padahal anda bersumpah bahwa sejak awal anda tidak bermaksud menebar gunjingan miring ttg seseorang.

Ih, gak nyangka deh kalau ternyata si B suka bergosip!

Kalau sudah terlanjur tersebar gosip yang bermula dari curhat anda itu, dari anda cuma bilang rambut si X beruban, bisa saja berubah beritanya menjadi: menjadi si X botak, cuma ada seutas rambut uban doang di kepalanya.

Apa yang mesti anda lakukan?

Berunding dengan si B untuk memoles 'kebenaran' anda ttg curhat itu? Atau menebar lebih banyak lagi 'bantahan' dan 'klarifikasi' anda kepada teman-teman lain sebelum teman-teman anda tahu bahwa memang sumbernya dari anda? Jadi di mata mereka anda-lah yang 'benar' dan si kurban itulah yang 'salah'. Karena makin banyak massa yang berhasil anda himpun, makin baik bagi pembentukan opini publik, bahwa anda-lah yang 'benar' - karena memang si X botak, jeh!

Padahal mah, kalau memang anda 'baik' dan 'benar' adanya - beritikad baik, tiada ada maksud menistakan si kurban, mengapa sejak awal anda ndak langsung ajah berbicara dengan dia, straight to the point. Bicarakan secara empat mata saja. Kalau perlu anjurkan si X untuk beli obat penghitam rambut, jadi si X tidak lagi beruban.

Curhatnya kepada yang bersangkutan saja, jangan ada pihak-pihak lain. Lebih bijak, lebih arif dan lebih fair bagi anda dan si kurban. Dan, kalau toh sudah kadung curhat anda berubah jadi gosip miring - thanks to si B, mestinya anda cukup bilang 'maaf' kepada si X. Sederhana dan cuma 4 huruf saja tuh ya. Ndak perlu orang lain tahu, jadi sama-sama tidak 'gengsi' atau kehilangan harga diri, kehilangan muka.

Ya ndak?

Lha, walau rambut sama hitam, anda mana tahu isi kepala dan hati 'kawan' curhat anda yang menjadi pihak ke-3, yang lantas menebarkan gunjingan miring setelah ditambahi bumbu-bumbu penyedap gosip kepada pihak ke-4 dan ke-5, dan seterusnya sampai ke-1.000.000 itu toh? Mana anda tahu bahwa si B memang sedang memendam dendam kepada si X, makanya dengan sengaja dia menebar gunjingan untuk 'menyerang' si X? Memuaskan hatinya yang panas sebab pernah berkonflik dengan si X.

Jadi, kayaknya gak perlu ngumpulin receh mestinya tuh?

IT'S WORLD TIME: