March 12, 2010

Ngalap Ilham di Makam Keramat Pada Jaman Edan.

Masih lanjut sekwel 'jaman edan' erek-erek di Cirebon. Di kawasan Sukalila Utara atau Selatan [saya suka bingung arah mata angin nih, sorry] yang nyambung ke Pasar Pagi, Cirebon, itu ada satu makam Tionghua 'keramat' yang bernama Sam Tjay Kong - kalau ndak salah, beliau masih kerabat keraton di Cirebon, entah Kanoman atau Kasepuhan.

Entah mengapa, tiba-tiba saja makam Sam Tjay Kong jadi ngetop banget di jaman edan itu. Setiap malam - apalagi malem Jumat Kliwon, mulai matahari terbenam, kawasan di sekitar itu menjadi ramai bak pasar malam. Kebetulan di ujung jalan dekat jembatan yang di samping Pasar Pagi (juga di Pasar Lawanggada), memang setiap sore menjelang malam ada 'Pasar Mambo' - semacam pasar malam juga, yang membolehkan para pedagang berjualan di jalanan, menutup lalu lintas di kawasan tsb.

Karena banyak 'peziarah' dadakan, maka di sekitar itu banyak berbukaan tenda-tenda penjaja makanan. Sebagai 'food provider' bagi mereka yang bergadang pada duduk-duduk kongkow membahas ciamsi atau menggelar tikar tiduran di kompleks makam, mencari 'ilham' untuk nomor undian atau tanya jodoh tanya rezeki berlimpah, dan lain-lain. Juga tentu saja 'bisnis ikutan' makam keramat selazimnya: para peramal dan 'penglihat muka' (khua-mia) yang memakai alat berupa kartu, atau burung gelatik, yang mesti pake pedupan sebagai aksesori wajib-nya itu, lho!

Ada satu tenda kedai makan yang top pada saat itu, juwalannya aneka masakan Tionghua, swikee goreng-nya top punya. Lebih top dari tenda spesial swikee yang bermerek dagang "Swikee Gambirlaja". Lebih top lagi, dan nampaknya ini yang jadi atraksi utama daya tarik pengunjung si tenda itu: si enci yang masaknya! Dandanan-nya menor sangat, kulitnya putih bersih dan..... bahenol seksi full punya, jeh!

Saya pernah diajak satu sepupu, anaknya satu twaku (abang misan mamah saya), yang selisih umurnya jauh sekali dari saya, malah kayaknya sih sepantaran mamah saya, yang datang dari Bandung untuk ikut lek-lekan (melek-melekan) di makam Sam Tjay Kong itu. Kompleks makam itu cukup besar, di samping makamnya sendiri diberi tanah membentuk bukit, khas makan orang Tionghua - perhatikan bentuk 'bukit' yang mengelilingi makam dan ditembok, ada bentukan bundar dan menjorok masuk, mirip dengan...... uterus aka bentuk kandungan seorang wanita!

Selain bukit yang cukup besar itu, masih ada halaman yang luas di sekeliling makam, ada pagar tembok dengan 2 pintu pagar besi di kiri-kanan makam. Ada satu juru kunci yang menjaga di sana. Penerangan ketika malam tiba cukup dengan lampu petromaks dan lampu sentir yang asapnya hitam, bisa bikin muka legam kalau anda berada di dekat-dekatnya tuh!

Ya sudah, saya ikut bergadang di sana. Mencari ilham katanya. Demi kelangsungan hidup 'profesi' saya sebagai tukang ciamsi sih. Tapi, namanya juga anak-anak, diajak bergadang lek-lekan mencari ilham, eh, malah ketiduran sampai pagi sesudah kekenyangan makan swikee goreng kecap dan mentega di kedai tenda si enci bahenol di pinggir jalan dekat makam tsb. Kayaknya sih saya ndak mimpi apa-apa tuh malam itu.

Sorry, hari ini tidak ada ciamsi ya.





PS: Gambar makam di atas BUKAN makam Sam Tjay Kong, Cirebon, tapi diambil di Parakan, di situlah saya belajar ttg simbol bentuk 'uterus' makam ketika diajak 'field survey' oleh 'suhu' Sumur - yang 'punya' Parakan, melihat-lihat komplekas pekuburan di sana.


IT'S WORLD TIME: