March 18, 2010

Filsafat Ikan - Kudu Beli Seutuhnya.

Pontianak berlokasi di garis katulistiwa. Jangan membayangkan bahwa ada garis yang digambar pada bumi sepanjang katulistiwa, cuma imaginasi saja sih.

Tapi, ada satu tugu sebagai penanda titik garis katulistiwa itu. Anda bisa mejeng di tugu katulistiwa. Everything about equator bisa anda beli, ada kaos, miniatur tugu, gantungan kunci, mug, jam dinding dan lain-lain - di souvenir shop yang buka dekat sana, katanya.

Saya sih gak pernah ke sana, walau pernah mukim cukup lama di Pontianak. Ada saja halangan untuk sekedar mejeng di depan atau samping tugu yang menyatakan bahwa di situ terletak pas titik garis katulistiwa.

Ada satu yang saya pelajari di Pontianak.

Rekan kerja saya mengajarkan bahwa kalau anda beli ikan di pasar, tentu anda mesti beli seutuhnya. Seekor ikan kakap, besar atau kecil, mesti dibeli berikut kepalanya, ekornya, sisiknya, dan tulang belulang + durinya, juga jerohannya, ketika ditimbang.

Barulah sesudah ditimbang dan dibayar, anda boleh minta tolong kepada saudagar ikan di pasar itu untuk membuang sisiknya, jerohannya, sirip-sirip dan ekor dan kepala (kalau tak suka). Bahkan bisa minta dipotong berapa, untuk masak apa - tanyakan juga bumbunya apa ajah. Full service pokokna mah, euy!

Maksudnya, kalau mendapat teman, atau karyawan, tentu anda tidak bisa memilih yang baik-baik saja yang ada dalam kedirian si teman atau karyawan. Ada jelek-nya, ada baik-nya. Mesti anda terima kedua-duanya. You win some, you lose some. Sudah satu paket yang mesti anda 'beli' seutuhnya sih, jeh!

Bagaimana kalau kita belinya fillet kakap?

Tentu bisa saja. Tapi, harganya toh berbeda antara kakap full, utuh dengan fillet - daging yang sudah utuh tanpa tulang, sisik, sirip, ekor dan kepala. Melulu daging dan (mungkin) kulit yang menempel pada daging.

Jadi, mau fillet atau full?







PS: Gambar diambil dari sini.

IT'S WORLD TIME: