March 12, 2010

Keberatan - Ngoleh-olehi Bika Ambon Dari Medan.

Basa Indonesia itu unik. Gak ada dua-nya di dunia. Ya. Jelas. Lha, negara Indonesia aka NKRI toh the one and only, hanya satu dan satu-satunya. Kalau pun ada yang 'sama', itu cuma ejaan-nya saja yang disama-samakan, pun teuteup beda juga - Malaysia.

Ambil contoh kata 'berat'. Ini tentu saja merupakan kata sifat. Kalau dijadikan kata benda, cukup dikasih imbuhan berupa awalan 'ke' dan akhiran 'an', menjadi 'keberatan'.

Kalau boleh disandingbandingkan dengan basa Inggris, berat = heavy. Tapi kalau sudah menjadi 'keberatan', bisa menjadi 'too heavy' atau 'mind'. Do you mind if I make a copy of your story from your blog? Apakah anda (merasa) keberatan kalau saya bikin salin tempel atas cerita di blog MP anda?

Jadi, ketika rekan-rekan kerja saya minta dibawain oleh-oleh dari Medan, sekitar tahun 1988-an, ketika itu belum musim saudagar makanan dari daerah buka cabang di Jakarta. Makanan khas Medan yang pantas jadi oleh-oleh saat itu adalah Bika Ambon - nama yang aneh, lha jelas-jelas khas Medan, koq ya namanya Bika Ambon, bukan Bika Medan ya?
Sirup Markisa Medan Cap Unta ajah masih buka DO (Delivery Order) yang bisa anda beli di sana (tidak buka cabang di Jakarta) dan nanti anda ambil sendiri di gudang mereka di Jakarta - cukup meringankan para pelanggannya, dalam arti harafiah tentu.

Ya sudah. Saya ada job di Medan. Sekitar seminggu. Pulangnya saya bawa oleh-oleh Bika Ambon. Seloyang ukuran sekitar 220 x 220 mm, dengan tebal 75 mm, dan 'berat' sekitar 750-900 gram. Karena banyak yang memesan oleh-oleh, tentu saja saya mesti bawa banyak Bika Ambon. Tidak tanggung-tanggung, saya bawa 15 kotak Bika Ambon, mesti belinya yang di Pasar Petisah, kawasan Majestik, katanya itulah yang paling top, enak, legit dan 'garing'.

Tentu saja saya merasa 'keberatan' dengan 15 kotak Bika Ambon yang mesti saya tenteng masuk kabin pesawat. Mana bisa Bika Ambon yang 'fragile' begitu masuk bagasi, bisa jadi Bika Ambon Penyet setibanya nanti di Jakarta nanti - tergencet bagasi penumpang lain, jeh!

Tapi, tentu juga saya tidak 'keberatan' membawakan oleh-oleh yang sungguh 'keberatan' itu [bagasi maksimum 20 kg]. Saya mendapat job di Medan toh juga tidaklah setiap hari, setiap minggu atau bahkan setiap bulan ada. Namanya juga teman, masak sih anda 'keberatan' mesti bawa oleh-oleh yang 'keberatan' itu?

Jadi, anda tidak keberatan tah?






PS: Foto Bika Ambon dipinjam dari sini.

IT'S WORLD TIME: