March 15, 2010

Kagum - Mengagumi.

Baca Kompas, Minggu, 14 Maret 2010, kolom 'Redaksi Yth.', halaman 23, "Mendadak Sakit di Taksi", ada seorang ibu yang tinggal di Rawamangun, Jakarta timur, berkisah ttg dia naik taksi. Tiba-tiba dia merasa tidak enak badan, sampai mesti ke rumah sakit. Supir taksi mulanya membelikannya obat dan sebotol air untuk diminumnya, karena makin parah, sang supir mengantarkannya ke rumah sakit, periksa ke dokter, ditungguinya sampai selesai, lalu mengantarkannya kembali ke rumah si ibu.

Suatu cerita yang mengharukan, dan mestinya mengagumkan ya.

Anda mengagumi sesuatu, kalau sesuatu itu (dianggap) luar biasa - tidak biasa. Bukan sesuatu yang ditemukan setiap hari. Jarang terjadi. Begitu 'kan ya?

Menolong sesama, mestinya begitulah standar kehidupan masyarakat kita. Kita selama ini suka sekali membanggakan bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya tinggi, ramah-tamah, suka menolong. Tapi, kemaren ada seorang ibu yang mementingkan dan meluangkan waktu guna menulis surat di media, mestinya dia merasa kagum dan sangat menghargai usaha seorang supir taksi yang bermaksud melakukan 'standar' layanan-nya yang baik dan benar kepada penumpangnya, yang dianggapnya luar biasa. Jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, sangat langka sih, jeh!

Jadi, rupanya sang ibu, juga kita semua, selama ini anggap yang biasa adalah kebalikan dari pengalaman yang dialaminya itu tah?




PS: Saya teuteup menghargai dan mengagumi perbuatan sang supir taksi tsb.

IT'S WORLD TIME: