January 22, 2010

Sekedar Berbagi - Anak Yang Marah Kepada Ayahnya.

Saya lagi ngikutin film drama di Da-ai TV, ada 2 cerita yang berbeda sih, yang ini baru 3 episode, kisahnya ttg keluarga miskin - selalu yang miskin yang diceritakan, sebab mereka nantinya sukses dan menjadi....... kaya, tentu!

Judulnya agak-agak lupa, kayaknya sih "Hadiah Terbaik Untuk Ibu" [Hanzi-nya sih 'Bu Cing Di Ai' - Cinta Tak Berbatas] - atau semacam itu, pokoknya yang diputar pada pukul 21:00 - diulang keesokan harinya pukul 09:00 dan 16:00 Ada banyak kesempatan untuk anda menonton kalau tidak bisa pas waktunya.

Kepala keluarga itu kerja di suatu bengkel. Isterinya sakit TBC kronis, jadi mesti beli obat secara kontinyu. Anaknya 4 orang, 2 lelaki 2 perempuan. Kedua orangtua mereka mengajarkan budi pekerti untuk hidup sehari-hari dengan baik dan benar. Beberapa yang diajarkan: jangan mencuri, jangan ingin memiliki hak orang lain, jangan mau dibelaskasihani.

Anak-anaknya menurut. Jadi anak sulung sering punya ide berdagang. Tetangganya memberi dia 'upah' berupa kacang tanah mentah, karena dia sudah membantunya, si anak itu lantas merebus itu kacang dan menjualnya di pasar.

Suatu kali, sang ayah bersalah karena bersama teman-2 satu kelompoknya di bengkel, menjual besi bekas di gudang. Ketika ketahuan dan mesti ada yang bertanggungjawab, semula mandor-nya yang rela dipecat. Tapi karena si ayah merasa dia paling banyak menerima uangnya demi beli obat bagi isterinya, akhirnya dia minta dia yang berhenti bekerja dan mandornya tetap bekerja.

Di sini sudah diajarkan kesetiakawanan.

Masih lanjut, ketika akhirnya si ayah berhenti kerja dan akan memulai usaha sendiri - menjadi tukang bikin dapur (tungku), si anak bertanya-tanya soal alasan ayahnya berhenti bekerja, sebab ayahnya pernah bilang bahwa penghasilan membuat tungku tidak stabil. Si ayah menceritakan apa adanya. Sebelum dia ceritakan soal dia rela berkurban demi sang mandor yang terpaksa pisah dengan anak-anak isterinya yang hendak dititipkan ke mertuanya, si anak sulung sudah marah kepada ayahnya.

Apa yang ayah ajarkan kepada saya selama ini? Mengapa ayah mencuri barang yang bukan milik ayah? Ayahnya sudah minta maaf, tapi anaknya bilang: saya memaafkan ayah juga percuma. Orang-orang tetap tahunya saya punya ayah yang jadi pencuri.

Satu lagi yang bisa dipelajari: mendidik anak sedemikian rupa, sehingga dia merasa malu ketika tahu ayahnya mencuri. Dan, berani marah kepada ayahnya.

Mungkin ini sesuatu yang wajar saja kalau konteks-nya adalah jaman sekarang yang katanya demokratis, bebas merdeka. Tapi, kejadian itu (ini kisah nyata) di Taiwan pada masa lalu, masih tradisionil cara berpikirnya, dengan tradisi anak mesti berbakti kepada orangtuanya, tidak boleh membantah, maka kejadian itu mestinya merupakan suatu terobosan yang sangat maju sekali!

Membandingkan dengan gaya anak-anak pejabat kita - tentu juga mental orangtua-nya, walau ndak semuanya, kayaknya tu cerita memang terasa seperti cuma rekaan hasil khayalan pengarang-nya belaka ya?

Pernah anak-anak saya waktu masih SD dulu, pulang sekolah memberi saya teka-teki: mengapa anak babi jalannya menunduk? (Kayaknya saya pernah cerita ya?) Jawabnya sungguh diluar dugaan: karena malu punya ayah dan ibunya babi!

Jadi, kalau kita sampai membuat anak-anak kita jalan tertunduk, kayaknya sudah ndak bener tuh ya? Apalagi kalau lantas mereka malah jalan-nya mendongak, membanggakan 'kehebatan' orangtuanya yang bisa menilep uang negara sampai ratusan milyar, bahkan Rp 6,7 Triliun. Coba kita tulis lengkap angkanya: Rp 6.700.000.000.000 - Bener ndak tuh ya nulisnya? Eh, tapi itu katanya bukan uang negara ya? Uang siapa kalau begitu? Uang saya tah? Hehehe........

Back to filem drama berseri, kalau anda pas iseng, boleh sesekali lihat barang satu dua episode. Moga-moga anda jadi gandrung sesudahnya dan menonton terus. Masih berlanjut sampai orang itu sukses nanti, lihat trik-trik dan kiat-kiatnya menjadi sukses tuh, jeh!

Selamat akhir pekan!

IT'S WORLD TIME: