January 18, 2010

Berbasahan Berhujan-hujan Demi....KIKI.

Musim hujan begini, mengingatkan saya akan 'gang' sepeda semasa SMP dulu. Ada sekitar 10 orang anggota gang sepeda kami. Sepeda-nya buatan RRT, merek-nya Phoenix.

Tapi tentu saja sudah dimodifikasi. Spatbor belakang di lepas, boncengan dicopot. Spatbor depan dirubah jadi pendek, ukuran setengahnya, setir dibalik jadi seperti tanduk kerbau. Kalau kami bersepeda, terpaksa agak merunduk, serasa sedang bersepeda balap, ngebut......

Kalau ada teman yang mau ikut menggonceng, terpkasa dia mesti berdiri belakang, dengan kaki bertumpu pada besi agak panjang yang dipasang pada as roda belakang. Dan tangan berpegangan pada bahu sang 'pembalap' amatir.

Kalau hujan turun, kami suka berputar-putar keliling kota, berbasah-basah dalam hujan lebat, menaiki sepeda kami. Setelah basah kuyup, kami akan singgah di warten (warung tenda) yang menjajakan....... KIKI - Kacang Ijo Ketan Item. Hehehe.... judul-nya terilhami oleh teman kita, Kiki aka Trang Travel.

Waktu itu, belum musim warten yang juwal aneka penganan seperti Lego - Lele Goreng ataupun Bego - Bebek Goreng. Yang ada paling ya si KIKI itu ajah, jeh!

Biasanya tenda diisi satu meja panjang, dengan lincak (kursi panjang tak bersandaran) untuk duduk rame-rame mengelilingi meja. Di belakang meja bagian preparation, ada 2 panci tinggi besar mirip dandang, isinya si KIKI itulah, satu panci berisi Kacang Ijo dan yang lain Ketan Item.

Keduanya agak-agak kental, ditarok di atas kompor menyala supaya isinya tetap panas. Ada lagi satu panci di meja berisi santan berpandan. Dan, di meja biasanya ada stoples beling, beberapa buah, ditarok di atas meja dekat ke kursi. Isinya: roti tawar kampung (sebagai padanan kerupuk kampung) yang jaman itu belum tersentuh pengempuk, pelembut, pengawet dan bahan-bahan subalan lain-lain. Masih ori - original dan tulen punya, jeh!

Roti tawar kampung itu dipotong sebongkah-sebongkah cukup besar, kulitnya keras dengan warna kesoklatan agak-agak gelap. Bagian bawahnya yang agak lembut (tidak selembut seperti buatan masa kini) berwarna agak kekuningan, off white gitulah, tidak seputih bersih seperti sekarang. Biasanya sih sudah sebongkah-sebongkah roti tawar kampung ditarok dalam stoples beling transparan, dengan tutup ber'kuping' bulatan untuk pegangan kita waktu mengangkat tutupnya hendak mengambil isinya.

Semangkuk KIKI (umunya kami pesan campuran Kacang Ijo + Ketan Item) panas, dikasih topping santan wangi aroma pandan, gula-nya pake gula merah gula Jawa, ada aroma jahe nan sedap dan menghangatkan. Disajikan di dalam mangkuk setengah bulat beling, dengan sendok bebek enamel yang lumayan menahan panas, makannya selalu ditemani sebongkah roti tawar kampung itu.

Ritualnya: roti disobek dulu bagian 'kulit'nya yang keras, dicelupkan ke dalam KIKI panas-panas mengepul uapnya, lalu dimasukkan mulut, dikunyah pelan-pelan, sambil dicecap dulu aroma gosong dan rasa pahitnya yang samar-samar, baru ditelan. Kemudian KIKI diaduk dulu supaya kacang ijo dan ketan item-nya, beserta santannya bercampur, bersatu padu larut dan siap menjadi penghangat perut anda.

Barulah kemudian KIKI disendok sesuap, dekatkan ke bibir, ditiup-tiup dulu agar tidak terlalu panas dan melepuhkan lidah ketika masuk ke dalam mulut anda, nikmati manis dan sedapnya gula merah dan aroma jahe tersamar menohok halus, kunyah sebentar dan lembut saja, baru ditelan. Lantas roti disobek sedikit, celupkan dalam bubur KIKI, lanjutkan ritual sampai roti dan KIKI habis hampir berbarengan. Segelas teh hangat komplimen, bisa anda minta sebagai 'pencuci mulut' secara harafiah: supaya sisa-sisa manis di mulut yang agak-agak lengket bisa digelontor.

Lebih terasa nikmatnya dan hangatnya semangkuk KIKI dan sebongkah roti tawar kampung itu, ketika sekujur badan basah kuyup karena terguyur hujan. Ahhhh........ sedap-nya, bo!

Anda mau tambah semangkuk-kah?





PS: Foto diambil dari slide show kiriman dari oom Michael Pan.

IT'S WORLD TIME: