February 23, 2010

Motivasi - Nabung Uang Jajan Buat Beli Bedil, Jeh!

Saya lupa berapa persisnya uang jajan yang saya terima waktu SD. Yang saya ingat waktu jam istirahat, saya jajan sepotong gepu - dage capu aka combro, plus segelas (belimbing) es teh manis. Bayarnya cukup 5 ketip atawa 50 sen, kalau ndak salah biasa disebut juga 2 talen (benggol?), sebab setalen atau setali itu 3 uang: 2 keping ketipan aka kelipan (10 sen) dan 1 keping 5 sen-an.

Tapi, saya suka masih bisa menabung sisa uang saku saya. Berarti mestinya uang saku saya lebih dari 5 ketip (kelip) dong ya. Di samping itu, saya juga biasa punya 'side job' - usaha sampingan berjuwalan apa saja yang bisa menghasilkan laba. Misal, saya juwal alat tulis berupa pensil warna, penghapus bergambar dan wangi, dagangan di toko papah saya, saya tawarkan kepada teman-teman di kelas. Harga setalen saya juwal 3 ketip, untung 5 sen.

Kalau maen gundu, saya lebih suka maen taruhannya pakai kartu, ndak mau dengan cara diadu. Hasil kemenangannya berupa gundu yang relatip utuh tanpa gompel (cacad) barang secuwil pun itu, saya cuci bersih, saya taburi bedak, dan saya tarok di lemari pajangan di toko papah saya - titip juwal secara konsinyasi. Kayaknya saya pernah cerita di sini.

Jadi, tiap pagi saya hitung berapa butir gundu milik saya (papah saya tidak menjual gundu, ndak mau bersaing dengan saya), pulang sekolah saya hitung lagi. Kalau ada yang terjual, saya minta uangnya kepada papah saya, dengan potongan harga 10% untuk keuntungan toko. Fair enough toh ya, jeh!

Tentu saja saya cukup punya tabungan.

Saya termotivasi menabung dan bergiat dengan side job ini, sebab saya punya target. Saya tertarik melihat sepucuk bedil di toko seberang. Mereka jual bedil tsb seharga Rp 13.- Saya ingat persis harga ini, karena uang segitu cukup besar juga pada saat itu. papah saya tidak mau memberi saya uang untuk beli mainan, tapi beliau tidak pelit kalau kami minta beli buku bacaan.

Begitu uang tabungan saya cukup, saya minta asisten toko papah antar saya untuk menyeberang jalan ke toko tsb. Bedil yang sudah lama dipajang di etalase segera saja saya minta untuk dicoba dan dibungkus, langsung saya bayar tunai saat itu juga, dengan uang logam semuanya.

Senangnya bukan main, tentu. Segera saja saya pulang dengan setengah berlari. Ambil gayung di bak dan isi airnya ke dalam bedil. Langsung saya pamer kepada adik-adik dan koko saya, mereka saya tembak satu per satu, basah muka dan kepala mereka sudahlah tentu. Ya. Memang bedil-nya bedil air sih, jeh!

Anda ingat beli apa waktu kecil (dari hasil tabungan)?





PS: Gambar diambil dari MS Office ClipArt media file.

IT'S WORLD TIME: