February 06, 2010

Membeli Emas Melapis Buddha Rebahan.

Saya ndak begitu yakin patung Buddha yang mana.

Banyak sekali kuil di Bangkok, yang umurnya ratusan tahun. Dan tentu saja banyak patung Buddha di dalamnya. Kayaknya sih patung Buddha yang sedang rebahan. Waktu itu sedang direstorasi. Saya coba cari di google, nemunya Wat Po, dibagun pada abad 19, dengan patung Buddha rebahan yang panjangnya 46 meter, tingginya 15 meter, dilapisi emas. Mungkin juga patung Buddha inilah yang saya lihat waktu itu.


Tahunnya sekitar 1989, saya ingat waktu itu sehabis saya melihat pameran barang-barang promosi di Taipei, Taiwan, pulangnya saya mampir di Bangkok dan ikut city tour.

Mestinya sih saya diajak ke Wat Po, satu atraksi turis yang top. Dan, saat itu sedang direstorasi. Lapisan emas pada patung ditambahkan lagi atau bagaimana persisnya, yang saya ingat kita bisa ikut beli 'daun emas' - yakni lembaran 'kertas' tipis yang dibuat dari emas 23 karat yang dipangkung, dipukul-pukul dengan palu kayu, atau alat khusus berupa 2 buah drum silinder yang membuat emas menjadi lembaran yang begitu tipisnya, sehingga bisa dijadikan pembungkus coklat yang dapat anda makan. Baca ceritanya di sini ya.


Saya lupa lagi berapa baht mesti kita bayar untuk selembar 'daun emas' seukuran sekitar 50 mm x 50 mm, kita mesti antri membayar di bagian penjualan, lantas diberi selembar 'daun emas' yang sangat tipis yang disisipkan pada sehelai kertas, kemudian kita serahkan ke tukang yang sedang memangkung bagian dari patung Buddha itu.

Oleh sang tukang, 'daun emas' dipisahkan dari kertasnya, lalu ditempelkan pada bagian yang hendak ditempeli emas, lalu dipangkung pelan-pelan sampai menyatu dengan lembaran 'daun emas' yang sudah terlebih dahulu melekat.

Tuk-tuk-tuk..... tak lama emas sumbangan kita pun melekat menyatu dengan yang lain, menjadi bagian dari tubuh sang Buddha yang besar sekali itu. Satu akal yang cerdik untuk melibatkan kita ikut menyumbang.


Anda juga beli 'daun emas' untuk patung itu jugakah?









PS: Gambar diambil dari sini.

IT'S WORLD TIME: