October 12, 2010

Manner - Monyet-nya Bandel Pisan, Euy!

Belum lama ini, ada KA tabrakan di Pemalang, kata media sih diduga akibat kelalaian manusia (human error). Kelalaian bisa saja tak sengaja, bisa juga memang disengaja. Barusan di Banten ada 24 unit gerbong terbakar - mestinya ini sih susah dibilang sebagai akibat kelalaian tak sengaja ya?

Berbarengan dengan 'kebakaran' gerbong KA, di Taiwan ada peristiwa satu merek mie instant yang dilarang beredar karena mengandungi bahan pengawet yang dilarang dipakai untuk makanan di sana.

Saya jadi ingat kisah sebuah pabrik pembuat bumbu yang memasok ke pabrik mie instant besar tsb. di Jakarta.

Pabrik bumbu itu cukup besar, asli Indonesia, walau namanya bisa saja berkonotasi 'asing', dengan nama dalam basa Inggris, sudah berjalan sekitar 25 tahunan (sekarang sih jadi 30 tahunan deh).
Pabriknya lumayan moderen, cukup luas, berlokasi di kawasan industri di Tangerang. Pakai CCTV, pernah ikut ISO tapi gak lulus-lulus juga, entah mengapa.

Dimiliki oleh seorang pengusaha sukses - dikelola oleh adik kandungnya. Kabarnya sih semulajadi dia memasok mesin-mesin ke pabrik mie instant itu, impor dari Jepang, lalu dia coba-coba memasok bumbu juga, dan dasar hok-kie, usahanya sukses maju lancar jaya...... aman sentosa, eh, ndak ding!

Pernah ada komplain resmi dari pabrik mie instant itu - merupakan 'back bone' si pabrik bumbu, sebab di dalam bungkusan bumbu yang dipasoknya, terdapat.... masker!

Masker apa?

Itu lho, masker penutup hidung dan mulut yang biasa dipakai pengendara motor, atau suster-suster di rumah sakit, atau waktu jaman-nya musim SARS atau Flu Burung - orang pada takut ketularan, jadi mulut dan hidung ditutup penutup dari kain kasa halus yang diberi tali dan diikat ke belakang kepala. Masker itu dipakai, sebagai tindak lanjut langkah menuju ISO dan HACCP, standar internasional untuk pabrik-pabrik moderen.

Manajemen lantas menyelidik siapakah oknum yang sudah membuat kelalaian tsb., menjatuhkan masker ke dalam bumbu untuk mie instant. CCTV diputer-puter, diamati, siang-malam. Ndak ketemu. Jelas, namanya juga 'kalalaian' manusia.

Gak lama, masih dalam tahun yang sama. Komplain datang lagi dari pelanggan yang sama. Kali ini bonus yang diterima itu pabrik mie instant adalah..... sikat!

Ya, sikat, yang biasa anda pakai untuk membersihkan apa-apa ajah itu. Bumbu itu diproduksi dalam tabung bejana besar, mirip molen pengaduk semen, dan memang fungsinya sama: mengaduk (bumbu) supaya tercampur merata, dan namanya juga teuteup sama: molen.

Kelalaian lagi?

Hehehe.... bener. Itu kelalaian yang disengaja, begitu saya kasih pendapat dan analisa saya ke manajemen. Tentu setelah saya pelajari dulu 'monyet'nya. Saya bilang, mestinya ada 'monyet' bandel yang harus segera ditangkap dan disembelih!

Mereka gak percaya.

Eh, gak lama para pekerja pabrik itu mogok kerja. Mereka rupanya sudah memelihara 'monyet' yang tidak kunjung disembelih, sejak jaman orde bau - ketika mogok kerja dilarang dan dicap sebagai komunis, dan sekarang mereka bebas menyatakan pendapat dengan mogok kerja. Tuntutan mereka adalah soal upah yang dirasa tidak cukup. Padahal produksi naik terus, harga-harga juga naik terus, tapi pendapat pekerja ndak naik-naik.

Mogok kerja itu berulang-ulang terjadi, kerana monyetnya gak juga disembelih. Cuma ditangkap, lalu dilepas lagi. Dicari kambing item-nya, yang banyak bicara dikasih pesangon, dianggap beres.

Sampai akhirnya, pengelola pabrik - adik kandung si pemilik, gantung handuk balik kanan jalan - ora sudi kerjabareng engkoh-nya. Putus hubungan dengan berantem dan ancaman golok dapur secara harafiah, bukan buat menyembelih 'monyet' tapi sekedar buat ngacungin (doang) ke si abang yang suka adu domba sesama manager-nya, memandang rendah sesiapaun saja, tidak menghargai orang lain, termasuk adik kandungnya sendiri tuh, jeh!

Jadi, monyet-nya yang mesti disembelih yang mana nih?








PS: Gambar diambil dari MS Office ClipArt Media Files.

IT'S WORLD TIME: