June 01, 2010

Di Kandang Kambing Mengembik, Di Glodok.......Bercepek-nopek?

Masih lanjut cerita dalam seminar "Peranan Komunikasi Etnik Tionghoa Bagi Pembentukan Kesadaran Kebangsaan" di Bandung itu.

Atas pernyataan seorang hadirin yang bilang bahwa orang Tionghua senengnya berbasa mereka sendiri, gak mau pakai basa Indonesia, seorang pembicara menjawab: baguslah bahwa 'Soempah Pemoeda'
dulu tidak pernah memaksa kita semua mesti berbasa satoe - basa Indonesia, tapi sekedar 'mendjoendjoeng' basa persatoean - basa Indonesia.

Jadi, ndak masalah sebenarnya kalau urang Sunda berbasa Sunda dengan sesama mereka di alun-alun Bandung, atau wong Jowo nganggo boso Jowo untuk komunikasi dengan sesama mereka di Pasar Gede di Solo sono. Kalau orang Tionghua berbasa Tionghua, dengan sesama mereka di Glodok, apa anehnya atuh, euy?

Malahan, karena si pembicara bermata sipit, berkulit agak kuning langsat, dan bisa bilang cepek-nopek, justru diuntungkan ketika belanja di Glodok bersama temannya. Dia bisa dapat harga lebih murah dibandingkan temannya yang 'asli' bermata belo dan tak mengerti apa itu cepek.

Ketika temannya protes ke si engko pemilik toko, kenapa si pembicara dapat harga lebih murah, dengan entengnya si engko bilang: lha dia 'kan cekha-nging (Hak-ka) aka 'orang sendiri', jeh!

So, anda masih mau meringkik di kandang kambing tah?






PS: Gambar diambil dari sini.

IT'S WORLD TIME: