December 12, 2010

Adat (Kuno?) Mengembalikan Rantang, Jeh!

Jaman kemasan kotak makanan berbahan plastik sekali pake belum musim, kalau mau berkirim makanan, kami selalu pakenya rantang aluminium yang bersusun-susun dan bertangkai penjepit itu. Kalau cuma satu, biasanya rantang dibungkus kain lap bersih. Nantinya rantang tsb. akan dikembalikan oleh penerima hantaran.

Dimensi waktunya sekitar tahun 1985-an, kemasan sekali buang kayaknya sudah mulai musim, cuma belum begitu populer sih. Jadi, waktu (alm) sohib saya suka 'langganan' minta masak babai hong, nyonyah saya membawakan serantang terbuat dari stainless steel. Tanpa lap pembungkus, sebab pengait tutup-nya fleksibel, bisa untuk 2 susun atau satu saja.

Nyonyah sohib saya termasuk orang 'kuno', jadi seperti sudah diajarkan oleh orangtua kami dahulu, mengembalikan rantang kosong itu dianggapnya pamali. Jadi, besoknya selalu sohib saya mengembalikan rantang itu ada isinya, jeh!

Isinya tentu saja bermacam-macam, yang sering sih pastel tutup, macaroni schotel dan aneka penganan Londo. Nyonyah sohib saya itu yang biasa dipanggilnya 'aling' itu lho.

Jadi, barter-nya cukup 'fair'. Sohib saya dapat makanan kesukaan-nya jaman sekolah di Taiwan, tapi nyonyahnya gak ikut makan, sementara 'kembalian'nya disukai oleh nyonyah saya tapi saya gak doyan.

Bagaimana adat menerima hantaran sekarang ya?

IT'S WORLD TIME: