September 04, 2010

Mana Lebih Sehat: Butter or Margarine?

Ada yang bertanya di milis sebelah, mana lebih sehat: butter or margarine? Pertanyaan yang mudah dengan jawaban yang... mudah juga sih!

Mestinya sih, tergantung....... sponsornya ajah.

Kalau sponsornya butter, tentu saja butter (dianggap) lebih sehat. Kalau kita digaji oleh margarine, jelas margarine yang lebih sehat tuh, jeh!

Kan ya ora ilok, kalau kita mendapatkan nafkah dari sponsor atau boss, tapi kita malah menjelek-jelekkan produk yang menghidupi kita itu toh? ;D)

Hal ini berlaku di belahan dunia mana saja, nampaknya.

Dulu, ketika mereka 'menjagoi' minyak sawit, kampanyenya gencar sekali mereka memerangi minyak kelapa. Sampai-sampai orang merasa 'berdosa' kalau masak pakai minyak kelapa. Padahal kakek-nenek kita makan sehari-hari dulu pakai minyak kelapa ya ora opo-opo tuh 'kan? Nenek moyang kita yang suka makan lodeh bersanten, rendang berlemak kelapa, ya ndak masalah juga 'kan?

Lantas muncul kampanye baru soal minyak kelapa perawan (VCO) yang harganya jadi gila sangat: sebotol 250 cc bisa laku dijual sekitar Rp 35.000 atau lebih (bandingkan dengan minyak sawit yang 'cuma' berkisar Rp 8.000 per liter saja), berkat kampanye yang mengatakan bahwa minyak perawan itu berkhasiat menyembuhkan - ternyata.

Sekarang, entah kenapa mereka kayaknya lagi berubah haluan, minyak sawit mulai dimusuhi. Issue-nya sekarang adalah pembabatan hutan hujan tropis yang digusur kerana mesti mengalah demi kebun kelapa sawit. Belum lagi masalah transgenik-nya, sehingga margarine (termasuk minyak samin cap unta itu sesungguhnya adalah minyak sawit juga, jangan terkecoh oleh gambar hewan-nya di kaleng ya, itu aroma prengus cumalah 'parfum' belaka) mulai dianggap tak sehat. Sampai-sampai mengganggu kenikmatan anda menikmati semangkuk 'sup' kambing Betawi itu ya?

Sementara butter, karena dibuat dari lemak hewan, yang dikampanyekan supaya dihindari atau setidaknya dikurangi asupannya, juga akan membuat anda merasa 'dosa' kalau terus ajah menikmatinya. Padahal, sekeping roti tawar dibakar atau seketul ciabatta hangat diolesi butter, apalagi garlic butter, lantas ditaburi bacon garing kemripik atau abon pedes Mesran Kali Larangan Solo - wah..... mendingan anda ajak mertua sarapan bareng deh, daripada anda cuek bebek ketika mertua anda lewat, saking nikmatnya mengunyah sarapan anda itu, jeh!

So, mana lebih sehat? Dua-duanya sehat koq, asal makan-nya jangan berlebihan ajah. Makan apa-pun, kalau secukupnya saja, pas takerannya, gak berlebihan, mestinya sih oke-oke ajah-lah. Gak akan membuat anda 'berbobot'. Bagaimanapun juga, tubuh kita tetap memerlukan lemak untuk proses metabolisme bagi tubuh 'kan?

Kalau soal takut jadi 'berbobot' karena makan roti yang dibuat pake butter atau margarine, mestinya anda tahu juga bahwa faktor penentu 'bobot' bukan cuma kandungan fat pada butter atau margarine saja, ada banyak bahan lain di dalam sebonglah roti atau kue, di antaranya: tepung, gula, telur. Dan, katanya karbohidrat juga ikut berperan aktif sebagai faktor penambah 'bobot' anda tuh, jeh!


Satu lagi: imbangi dengan olahraga yang teratur - sehari 40 menit is oke, 20 menit untuk membakar gula, 20 menit berikutnya membakar lemak. Jadi, anda ndak usah menjadi penimbun gula dan lemak di dalam tubuh.

So, roti bakarnya mau diolesi butter or margarine?


IT'S WORLD TIME: