February 04, 2011

Desktop vs Laptop.

Pertama kali punya perangkat kompi, sekitar tahun 1990-an, masih pake sistem Dos. Monitornya juga masih monochrome. Dirakit oleh seorang supplier yang memasok kompi di kantor, harganya sekitar Rp 10 juta, diangsur 10 kali cukup membantu.

Kemudian, sekitar tahun 1987-an, sebelum hura-hura nasional itu, kompi sudah beralih ke sistem Windows. Prosesornya sudah Pentium. Lupa lagi Pentium berapa, kayaknya sih P-4, harganya sama Rp 10 juta per unit. Pas waktu itu usaha mayan lancar, jadi outsource beberapa bank, ada budget buat beli kompi bagi kedua anak kami masing-masing 1 unit, monitornya sudah berwarna.

Dan, sekitar tahun Pas Dede masuk NJC - National Junior College di Sin, sudah mesti punya laptop. Pas keadaan cukup prihatin, pasca hura-hura, banyak perusahaan mesti menghemat budget, jadi pekerjaan pun berkurang banyak.

Dede mesti beli laptop, sementara budget belum tersedia. Jadi dia tanya, apakah kompinya yang dibeli semasa SMP bisa dijual atau tukar tambah dengan laptop. Di sekolahnya ada program beli laptop HP murah, subsidi dari sekolahnya.

Saya cuma tersenyum kecut, sebab desktop yang dibeli sebelum 1998 itu, sudah tidak ada lagi harganya. Sudah ketinggalan jaman. Saya minta dia bersabar sebentar, menunggu ada lagi pekerjaan yang datang kepada saya. Mungkin terpaksa tidak bisa mengikuti program subsidi beli laptop HP di sekolahnya.

Benar saja, sekitar 2 atau 3 bulan sesudah tenggat waktu di sekolahnya, saya mendapat sedikit rejeki agak berlebih, bisa beli laptop di Jakarta, dari seorang pemasok lain yang selama ini saya berlangganan, harganya sekitar Rp 10 juta juga. Diangsur 3 kali.

IT'S WORLD TIME: