February 06, 2011

Buryam + Sop = Khas Cerebonan, Jeh!

Bubur ayam, walau dengan sedikit nasi, tapi teuteup berayam, walau sekedar basa-basi dan disuwiri doang. Ayam utuh seekor, setelah direbus dan diambil airnya untuk campuran bubur, entah bisa untuk ditarok berapa porsi bubur dalam mangkuk tuh ya?

Entah mengapa, kayaknya banyak saudagar bubur ayam di kawasan BSD memakai trade mark-nya Cirebon, seperti halnya ketoprak dan es buah yang selalu menjamur di masa puasa, mereka pada buka menjelang buka. Maksud mereka, apakah itu makanan-nya yang khas Cirebon, atau cuma sekedar merujuk bahwa peraciknya berasal dari Cirebon. Saya duga yang kedua. Sebab bubur ayam(?), ketorak dan es buah, bukanlah makanan khas Cirebon tuh, jeh!

Khas Cerebon, benernya di selera yang serba 'tapran' - low class te-a, non daging: tahu tek-tek (ketoprak), sega lengko, rujak (lotek, gado-gado Jakarta) , tahu gejrot, tahu kupat, docang. Supaya bisa terjangkau harganya oleh rahayat semesta.

Jadi bubur ayam masih mendingan, pake ayam walau sesuwir-dua saja sekalipun.

Nah, di Cirebon ada lagi makanan yang unik khas Cirebon yang cukup 'high' end punya: bursop, aka bubur sop ayam. Jadi, buburnya disiram kuah sop - bumbu-rempah-nya kumplit persis plek ama sop: ada cengkih dan biji kepala, eh, pala, pake keratan bortel, tomat, kentang, walau sekedar basa-basi, dan juga... suwiran ayam. Topping-nya tentu saja brambang goreng, boleh tambahkan sambel sesuka dan tingkat acceptability atas SHU - Scoville Heat Unit masih-masing ajah atuh, euy!

Jaman dulu belum terkontaminasi MSG (message atau massage?) aka mono sodium glutamati, terpaksa mereka kudu pakai ayam buat kaldu penggurihnya. Nah, daripada ayam bekas direbus itu dagingnya dibuang sayang, ya mangga disuwir-suwir dan dibagikan kepada para pendoyannya ajah.

Kali lain anda ke Cirebon, sila cari Bursop Ayam, sebab anda tak akan menemukan makanan model begitu di tempat lain. Semangkuk bursop panas dinikmati saat-saat udara dingin-dingin barusan diguyur hujan deres, wah...... nikmatnya, oooiiii!

Ojo lali, ulah poho, jangan lupa ya!

IT'S WORLD TIME: