Apa sih kenyataan? Apa sih khayalan? Sesuatu yang nyata, tapi tidak mengenakkan, mestilah anda mau menyingkirkannya - dianggap itu cuma mimpi, khayalan. Sebaliknya, khayalan yang indah, ingin rasanya anda anggap itu kenyataan. Saat anda membaca notes ini, apakah ini khayalan semata atau kenyataan? Tergantung pikiran anda hendak dibawa ke mana, tentu. Baik atau buruk, itu cuma permainan dalam pikiran anda ajah. There is nothing good or bad, only thinking makes it so, jeh!
Seorang ibu yang merasa pernah punya anak, menyimpan memori ttg anaknya. Foto-foto, video dan beberapa memoribilia lainnya. Suaminya, juga psikiater-nya bilang bahwa dia cuma dilusi - berkhayal. Anaknya keguguran waktu dia mengandung. Tapi, sang ibu teuteup ngotot bahwa benar, nyata sekali, bahwa dia pernah punya seorang anak dan tumbuh besar dan bersekolah. Anaknya termasuk satu kurban di kecelakaan pesawat ketika hendak ikut rombongan sekolahnya camping.
Kedua pihak, suami-nya dan psikiater-nya vs sang ibu, sama-sama berusaha saling meyakinkan satu sama lain. Sang ibu hendak membuktikan bahwa anaknya itu nyata, kenyataan, bukan cuma sekedar khayalannya semata. Sebaliknya, suami-nya dan psikiater-nya berusaha meyakinkan bahwa itu cuma khayalan semata. Sang ibu merasa bahwa mereka berusaha menghilangkan 'barang bukti' berupa foto-foto, album foto dan video, dengan cara mengganti album foto yang sama tapi tanpa foto, begitu juga video-nya.
Akhirnya si ibu bisa menemukan 'teman senasib', seorang ayah yang juga kehilangan anak perempuannya - teman anak lelaki si ibu, yang juga menjadi kurban kecelakaan pesawat tsb. keduanya berusaha melacak keberadaan anak-anaknya. Sang ibu merasa bahwa anaknya masih hidup. Keduanya terus mencari dengan bertanya-tanya kepada orang-orang yang pernah 'terlibat' dengan anak-anaknya. Seorang detektip lokal yang percaya kepada mereka, ikut membantu. Sementara NSA - National Security Agent dan FBI menguber mereka untuk menghalang-halangi mereka terus melacak anak-anaknya.
Bahkan suaminya masih ngotot bahwa si ibu menjadi 'gila' karena dilusinya. Sementara si psikiater mulai melemah dan berbalik simpati kepada sang ibu.
Sayang sekali (atau emang si penulis mau cari gampangnya ajah?), cerita yang begitu bagus dibumbui dengan hil-hil yang mustahal (minjem istilah alm. Asmuni Sri Mulat), ternyata ada permainan Si A-Lien yang berkolusi dengan FBI dan NSA melakukan eksperimen. Ketika sang ibu tanya mengapa anaknya yang dipilih sebagai obyek eksperimen, si A-Lien (bukan orang Tionghua lho!) bilang, eksperimen-nya bukan ttg anak-nya, tapi justru ttg si ibu. Kalau si ibu lupa akan anaknya, maka eksperimen itu dianggap berhasil - dan si A-Lien lulus ujian. Tapi, kalau tidak, maka eksperimen gagal dan si A-Lien mesti balik ke langit (bener-bener secara harafiah disedot oleh langit ke atas!).
Jadi, cerita selesai dengan baliknya si anak dan sang ibu bermain di sekolah, menjadi normal seperti sediakala. Begitu juga dengan si ayah dan anak perempuannya. Seolah tidak terjadi apa-apa. Mungkin Si A-lien di langit sana dihukum picis, diiris-iris kulitnya, dikucuri air jeruk nipis - karena gagal melakukan eksperimen mengacaukan pikiran si ibu. Kasian deh, lo!
Saya nonton (eh, itu kenyataan atau khayalan ya?) film tsb di TV (entah stasiun mana, heran, film bagus diputernya mesti tengah malem ya?) malem-malem entah kapan itu minggu lalu, sudah masuk setengah jalan. Penasaran jadi saya googling ajah, ternyata itu film lama (2004) dengan judul "The Forgotten", sila lihat ajah di sini ya.
Tapi, konon kabarnya, kenyataan dalam hidup nyata kita di bumi ini, bisa saja terjadi seorang ibu yang begitu mendambakan punya seorang anak, tapi belum berhasil, lantas berkhayal seolah dia sudah punya anak, diberi nama, diajaknya jalan-jalan ke Dufan. Persis seperti anak tunggal yang mendambakan teman, bisa punya 'teman' khayalan yang diajaknya berbicara, bermain, makan bersama. Saya tidak tahu pasti, karena belum pernah sampai terjadi 'close encounters' of that kind. Yah.... namanya juga hidup, khayalan dianggap nyata, kenyataan dianggap khayalan, anything is possible ajah, jeh!
Sorry, no offense ya! (Khususnya buat yang suka mengkhayal.)
PS: Gambar diambil dari link yang sama.