Jaman saya masih SMP-SMA, belum musim karaoke, belum musim diskotik. Kalau mau dugem, mesti ngadain sendiri. Ada ajah alasan kami untuk minta ijin pesta dans ke ortu, entah HUT siapa-lah, HUT persatuan olahraga, atau persatuan seni (namanya agak 'nasionalis', hak pake 'club'). Biasanya sih milih harinya, hari malem 'panjang' - week end, Sabtu malem Minggu gitsu lho.
Biasanya (lagi) sih biaya ditanggung-renteng, kongsian gitu-lah. Milih rumah satu temen yang agak besar, ada semacam balairung (balai 'tuk nghariung), lantainya juga masih lantai pc - ubin semen yang abu-abu ituh, ukuran standar 200 mm x 200 mm.
Modal utama, selain cemilan dan limun Cap Buddha (paling top di antara 2-3 merek limun lokal) - mana ada Coca Cola, Pepsi, Sprite atau Fanta jaman itu mah, tentu saja mesti beli bedak Marks [bacanya: mares] - bukan Marks & Spencer, buatan KF - Kimia Farma. Belinya paling dikit kudu selusin tuh, jeh!
Bedak? Buat pupuran tah?
Gak sih. Eh, sort of-larrr. Yang 'pupuran' bukan para peserta dans atau melantainya, tapi lantai pc-nya. Jadi, ruang yang disiapkan untuk pesta dans itu dikosongkan dari segala perabotan, di pinggir-pinggiran yang nempel tembok dijejerkan kursi-kursi campur aduk modelnya (boleh minjem dati rumah-rumah temen-temen paknitia dan bunitia).
Di pojokan kiri kanan 4 sisi ditarok speaker segede gajah, dengan banyak twitter (semacem speaker yang khusus mengeluarkan suara kecrik-kecrik nada tinggi buat keluarin suara simbal, misalnya) ditempel di mana-mana sekeliling ruang, dan pemutar lagunya masih tape recorder player yang segede gajah juga, mereknya mesti Akai, dengan pita masih gede, pakai cakram kayak untuk ngegulung pilem seluloid bokep 3 mm itu.
Hiasan standar ya kertas crepe yang digunting pake gunting bergelombang itu, disambung-sambung lalu dibentangkan warna-warni dengan ujung ikatan di tengah-tengah lantai dans, yang biasanya sih dikasih lampu 5 watt doang. Lampu-lampu lain akan dipadamkan begitu acara dimulai. Jadi, suasana remang-remang dengan lampu-lampu 5 watt di beberapa titik di pojok-pojokan doang. persis kayak suasana cafe dan disko jaman sekarang (jangan-jangan cafe dan disko ya terilhami cara kami dugem dulu ya?).
Lagu-nya yang biasa menjadi favorit jaman itu: Don't Forget to Remember, I Started A Joke (Bee Gees), O, Darling (Beatles), untuk slow berdans cheek-to-cheek (paling digemari khalayak) atau yang semi rock: lagu-lagunya CCR - Creedence Clearwater Revival (Hey Tonight, Have You Ever Seen The Rain, dll) atau Rolling Stones.
Biasanya sih tugas saya ya seksi 'dekorasi', pasang-pasang kertas cereps dan hiasan lainnya, juga poster gede gambar Mick Jagger, george harrisaon, Robin Gibb dan lain-lain. Pernah sekali, saya salah tulis nama Mick Jagger sebagai anggota Group Bee Gees. Saking banyaknya poster yang mesti dibikin. Poster-poster itu dibingkai dan biasanya dipinjem kesana-kemari ama yang jadi panitia, sampai akhirnya hilang entah ke mana siapa yang minjem terakhir lupa, mungkin juga mereka tak tahu mesti kembalikan ke siapa - soalnya berpindah tangan dari A ke B, B ke C dan seterusnya.
Begitulah, jaman masih 'normal' - belum banyak campurtangan teknologi pun kami, para ABG - Anak Baru Gede (sekarang pun masih ABG - Angkatan Babeh Guwe, kata anak-anak saya mah) ya teuteup punya akal buat dugem-dugeman, namanya juga ABG toh ya, jeh!
Bagaimana dengan jaman anda ABG?
PS: Seperti biasa, gambar diambil dari MS Office ClipArt media file.