Sorry, ungkapan dalam peribasa yang berbunyi 'Bukan Salah Bunda Mengandung' itu saking seringnya di'pelesetkan', sampai-sampai terlupakan sudah kelanjutannya. Maknanya sih, kalau ada sesuatu yang salah (pada anak?) jangan hendaknya menyalahkan ibunya semata (karena anak hasil kongsi antara ibu dengan bapaknya toh?), karena ada korelasi sebab-akibat dalam setiap masalah. Benar-tidaknya, tidak perlu dibahas di sini. Apa relevansinya dengan cerita 'horor' berikut, juga tidaklah begitu penting. Santai sajah atuh, jeh!
Mengutip berita di Detik News, Kamis, 18 Maret 2010, ttg 2(dua) orang mahasiswi yang berantem di mobil, berakhir dengan ditusuknya satu orang sampai luka parah. Apa motipnya, mengapa bisa terjadi, pisau siapa yang dipakai, siapa yang mulai, siapa yang jadi kurban, siapa yang bela diri, juga siapa salah, siapa benar (siapa tah yang suka dan mandah dianggap salah?), juga tidak akan dibahas di sini.
Sila baca saja dulu.
TUSUK TEMANNYA, MAHASISWI UPH DIAMANKAN POLISI.
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Mahasiswi Universitas Pelita Harapan (UPH) MN (18) diamankan Polsek Kembangan, Jakarta Barat. Remaja ini menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan menusuk temannya, LM (18).
"Masih diperiksa," kata Kapolsek Kembangan Kompol Barnabas Imam saat dihubungi detikcom, Kamis (18/3/2010).
Barnabas belum bisa memastikan motif yang dilakukan, termasuk apakah rebutan pacar seperti informasi yang beredar.
"Motif masih diselidiki, data masih dianalisis. Korban belum bisa diperiksa karena masih dirawat di rumah sakit, sedang pelaku juga belum mau terbuka. Masih syok," jelas Barnabas.
Peristiwa penusukan ini, terjadi pada siang tadi. Saat itu kedua sahabat ini, setelah pulang kuliah jalan bersama menuju ke sebuah mal dengan menggunakan Toyota Yaris bernopol B 1733 BFP milik korban LM.
Entah bagaimana, setelah mereka bermain di mal, dan kendaraan hendak keluar mal keduanya bertengkar sampai ada peristiwa penusukan yang terjadi di dalam mobil.
Belum diketahui siapa yang memulai dan apa motifnya. Pastinya menurut keterangan saksi setelah peristiwa penusukan terjadi, korban keluar mobil dengan berlumuran darah, hingga kemudian dilarikan ke RS Puri Indah. Warga pun kemudian melaporkan peristiwa ini ke polisi.
"Saksi sudah 3 orang yang diperiksa, yang berada di lokasi. Korban dirawat di RS Puri Indah, dan mengalami luka di tangan dan dada. Kita belum tahu pisau milik siapa, dan sedang dianalisis di Puslabfor. Keterangan pelaku dia membela diri, tapi masih kita dalami," timpal Kasat Reskrim Iptu W Alexander.
Bila benar melakukan tindakan penusukan, MN terancam pasal pidana 351 dan 354 KUHP. "Sampai saat belum tersangka, masih saksi," tutup Kapolsek.
(ndr/iy)
Kalau mau baca lagi cerita 'horor' ttg kriminal, sila panteng dan monitor terus Detik News. Atau TV anda, atau koran, atau majalah atau radio. Pasti ndak akan sulit anda menemukan berita-berita ttg kekerasan yang dilakukan oleh orang atau orang-orang dalam masyarakat kita.
Beberapa contoh saja, diambil dari Detik News ini:
"Gara-gara Salah Paham, Doli Tusuk Temannya Hingga Tewas."
"Gagal Curi Motor, Siswa SMK Sekarat Dihakimi Massa."
"Gitaris Maliq D'Essentials Dipukuli Kala Dugem."
"5 Tukang Ojek Ditusuk Di Wamena - 3 Tewas."
"Penjual Burung Dikeroyok dan Dibacok."
Kalau anda pemain game, game online di internet atau di FB, atau game-game elektronik lainnya, khususnya yang berthema tarung, mestinya anda juga tidak asing dengan game-game penuh kekerasan. Waktu 'Street Fighter' pertama kali diperkenalkan, sekitar tahun 1987-an, kalau tak salah, cukup mengundang kontroversi lantaran adanya kekerasan secara lugas (terang-terangan) di situ. Ada yang menentang tapi banyak yang tidak anggap itu sebagai masalah serius, it's only a game, after all.
Game or not game, mestinya itu sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak. Benar bahwa tidak semua orang terpengaruh sikapnya oleh paparan kekerasan. Tapi tidak berarti sama sekali tidak ada. Sadar tidak sadar, kekerasan yang terpapar terus-terusan, akan mempengaruhi tingkah laku seseorang atau beberapa.
Kalau anda sudah terbiasa dengan situasi tebas-tebasan, tebas leher hewan di pejagalan, tebas leher lawan di game, adegan pengeroyokan di TV, di film, mau tak mau ada orang yang lantas menganggap, kalau terpaksa, melakukan hal itu adalah sah dan benar adanya.
Beda pendapat mesti diselesaikan dengan kekerasan, supaya pendapat kita yang paling benar, galang massa, hasut orang-orang agar berpihak kepada kita, keroyok pihak lawan. Begitukah cara yang 'baik dan benar'? Kalau begitu yang kita berikan sebagai 'teladan' kepada anak-anak kita, maka akan begitulah anak-anak kita kelak menyelesaikan masalah. Hantam dulu, keroyok, tebas, tusuk, baru bicara belakangan, sing penting adu banyak-banyakan, sing banyak sing menang, jeh!
Jadi, salah bapak-e sing go young tah?
PS: Gambar dipinjam dari MS Office ClipArt media file.