Lagi inget (alm) sohib saya jaman kerja di gedung D di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan. Sohib saya nih orang Sunda, matanya belo dan kulitnya sawo mateng, anak pejabat militer cukup berpengaruh di jamannya BK - Bung Karno. Itu yang kami tahu dari ceritanya. Karena waktu muda bandel, dia dikirim ayahnya sekolah di Taipei, Taiwan, cukup lama sehingga dia fasih sekali berbasa Tionghua.
Sohib saya orangnya luwes dan murah hati, banyak yang senang bergaul dengannya. Orangnya juga humoris, ada ajah bahan yang dia ceritakan sebagai lelucon, atau 'practical jokes' - walau kadang-kadang ada yang cukup bikin orang lain tersipu. Saya satu departemen dengannya, sering pergi keluar bareng untuk urusan kantor dan makan siang (banyak tempat makan enak yang saya tahu dari dia). Jadi saya lumayan kenal karakter dan sifatnya.
Suatu hari, pas musim hujan, seperti biasa, AC di kantor jadi makin dingin. Kami jadi sering ke toilet. Pas sekali waktu kami kencing bersamaan rame-rame sekantor. Seperti anda tahu, tempat urinoir di toilet pria 'kan yang model berdiri berjejeran, paling dibatasi sekat antara satu dengan yang lain. Anda bisa 'mengintip' nengok ke sebelah kalau mau, sebab sekatnya cuma setengah badan saja. Kalau mau tahu suasananya, bisa 'ngintip' di sini.
Nah, sohib saya pas berdiri di sebelah saya dan dia nengok ke bagian saya. Saya sudah tahu akan ke mana arahnya. Jadi, waktu dia mulai dengan bilang:"Wah, beda ya gua punya ama elo punya......" Teman-teman yang lain mulai tertawa-tawa, sudah tahu akan ada lelucon baru dari dia.
Tapi, sebelum dia lanjutkan kalimat berikutnya, saya segera memotong:"Iya. Jelas beda dong. Gua punya 'kan lebih terang!" Langsung kami semua tertawa dan dia diam cep-kelakep, gak bisa ngomong lagi cuma nyengir merasa ketohok kali itu. Jelas dong, dia punya mestinya ikut sawo mateng ya?
Anda ngerti yang dibicarakan toh?
PS: Gambar diambil dari wikipedia.