Tadi ada urusan mesti ke Depok. Pesen 'Pin Jengkol' buat grup tari si Dede. Katanya di Sin harganya per biji SGD 1,00 sedang di Depok itu cuma Rp 1.500 (sekitar SGD 0,25). Bikin 300 biji 'kan selisihnya lumayan juga tuh.
Karena mesti nunggu sekitar 2 jam baru selesai, kami bertiga pergi makan siang di Mang Engking. Pengin nyobain Udang Galah Bakar Madu yang katanya enak sekali itu. Kami dapat duduk di saung agak ke belakang.
Saungnya merupakan kopel, satu unit besar panjang, dibagi dua, dibatasi pagar rendah timbang pas untuk sandaran kalau anda lesehan itu. Setengah kopel sudah diisi serombongan terdiri dari ibu-ibu semua sekitar 10 orang, dengan 2 anak-anak berusia sekitar 4-5 tahun, juga perempuan. Ada 2 ibu muda yang nampaknya adalah orangtua kedua anak-anak tsb., selebihnya ibu-ibu paruh baya. Kayaknya sih mereka berkerabat dan sedang 'maksibar' kopdaran ya.
Tidak ada kejadian yang istimewa sampai kami selesai makan.
Saya cuma agak terganggu oleh ulah seorang ibu paruh baya yang nampaknya menjadi 'ketua' panitianya. Dia duduk di pojok, pas di sandaran yang memisahkan setengah kopel mereka dengan kopel bagian kami. Sementara sekitar meja penuh dengan rombongan mereka, sehingga si ibu ketua ini ndak leluasa untuk keluar masuk - terhalang oleh 2 orang anggota rombongannya. Eh, dengan entengnya dan tanpa permisi kepada kami - setidaknya saat itu toh setengah kopel itu 'milik' kami, melompati sandaran pemisah itu untuk keluar masuk ke tempatnya duduk.
Karena mesti nunggu sekitar 2 jam baru selesai, kami bertiga pergi makan siang di Mang Engking. Pengin nyobain Udang Galah Bakar Madu yang katanya enak sekali itu. Kami dapat duduk di saung agak ke belakang.
Saungnya merupakan kopel, satu unit besar panjang, dibagi dua, dibatasi pagar rendah timbang pas untuk sandaran kalau anda lesehan itu. Setengah kopel sudah diisi serombongan terdiri dari ibu-ibu semua sekitar 10 orang, dengan 2 anak-anak berusia sekitar 4-5 tahun, juga perempuan. Ada 2 ibu muda yang nampaknya adalah orangtua kedua anak-anak tsb., selebihnya ibu-ibu paruh baya. Kayaknya sih mereka berkerabat dan sedang 'maksibar' kopdaran ya.
Tidak ada kejadian yang istimewa sampai kami selesai makan.
Saya cuma agak terganggu oleh ulah seorang ibu paruh baya yang nampaknya menjadi 'ketua' panitianya. Dia duduk di pojok, pas di sandaran yang memisahkan setengah kopel mereka dengan kopel bagian kami. Sementara sekitar meja penuh dengan rombongan mereka, sehingga si ibu ketua ini ndak leluasa untuk keluar masuk - terhalang oleh 2 orang anggota rombongannya. Eh, dengan entengnya dan tanpa permisi kepada kami - setidaknya saat itu toh setengah kopel itu 'milik' kami, melompati sandaran pemisah itu untuk keluar masuk ke tempatnya duduk.
Dan, terakhir, yang membuat saya cukup jengah adalah, ketika sudah masuk ke wilayah kopel kami, si ibu ketua dengan enteng sekali 'nungging' membungkukkan badan, tanpa jongkok, mengambil sesuatu di meja 'sebelah' yang ada di bagian kopel mereka, sehingga (sorry) pantat si ibu tentu saja menghadap ke arah saya. Walau si ibu memakai celana panjang dan berbaju panjang, tentu saja pantat-nya masih tetap utuh berbentuk pantat toh. Bukankah lebih elok kalau beliau mau sedikit capek berjongkok sebentar kalau hendak mengambil sesuatu, jeh!
Oke. Itu hak mereka, mungkin mereka tidak anggap kopel wilayah kami adalah 'hak' kami. Mau apa lagi?
Saung itu dikelilingi oleh kolam ikan. Ada banyak ikan mas besar-besar di dalamnya. Tentu saja anak-anak mereka senang bermain dengan ikan-ikan itu. Ada seorang ibu di antara mereka yang memberi makan ikan-ikan itu dengan nasi sisa makan mereka. Ikan-ikan itu tentu saja berebutan memakan nasi sisa itu, gejebar-gejebur suaranya di daam kolam. Anak-anaknya senang dan melongok-longok dengan bersandar pada pagar.
Namanya juga anak-anak, mereka berlarian ke sana ke mari dan berteriak-teriak. Menggangu? Tentu saja tidak. Kami anggap anak-anak yang sehat ya memang begitulah. Walau dulu waktu anak-anak kami masih seumuran mereka, kami biasanya menghentikan ulah mereka kalau sampai agak mengganggu wilayah umum. Bagi kami, tentu saja anak-anak kami itu lucu kalau berlarian kerana sehat. Tapi, belum tentu orang lain suka akan 'kelasakan' anak-anak orang lain toh?
Selesai kami makan, kami pun beranjak pergi hendak membayar di kasir.
Saya lihat, ada 2 ibu muda, satu menenteng kamera pro gede, tadi memotrek-motrek anak-anak mereka yang memang lasak juga. Kedua ibu muda itu asyik dengan BB mereka, cekikikan sendiri, mestinya sih lagi update status mereka di FB ya? Saya mulanya iseng hendak memotrek mereka, tapi, kuatir yang memegang kamera tahu keisengan saya, jadi saya urungkan niat itu. Sementara kedua anak-anak itu bermain lompat-lompatan. Nampaknya luput dari perhatian mereka semua.
Waktu tiba di 'jembatan' kecil menuju jalan ke arah kasir, rombongan mereka memanggil seorang pelayan untuk minta bungkuskan sisa makanan yang ndak habis, sementara kedua ibu muda itu asyik dengan BB-nya.
Oke. Itu hak mereka, mungkin mereka tidak anggap kopel wilayah kami adalah 'hak' kami. Mau apa lagi?
Saung itu dikelilingi oleh kolam ikan. Ada banyak ikan mas besar-besar di dalamnya. Tentu saja anak-anak mereka senang bermain dengan ikan-ikan itu. Ada seorang ibu di antara mereka yang memberi makan ikan-ikan itu dengan nasi sisa makan mereka. Ikan-ikan itu tentu saja berebutan memakan nasi sisa itu, gejebar-gejebur suaranya di daam kolam. Anak-anaknya senang dan melongok-longok dengan bersandar pada pagar.
Namanya juga anak-anak, mereka berlarian ke sana ke mari dan berteriak-teriak. Menggangu? Tentu saja tidak. Kami anggap anak-anak yang sehat ya memang begitulah. Walau dulu waktu anak-anak kami masih seumuran mereka, kami biasanya menghentikan ulah mereka kalau sampai agak mengganggu wilayah umum. Bagi kami, tentu saja anak-anak kami itu lucu kalau berlarian kerana sehat. Tapi, belum tentu orang lain suka akan 'kelasakan' anak-anak orang lain toh?
Selesai kami makan, kami pun beranjak pergi hendak membayar di kasir.
Saya lihat, ada 2 ibu muda, satu menenteng kamera pro gede, tadi memotrek-motrek anak-anak mereka yang memang lasak juga. Kedua ibu muda itu asyik dengan BB mereka, cekikikan sendiri, mestinya sih lagi update status mereka di FB ya? Saya mulanya iseng hendak memotrek mereka, tapi, kuatir yang memegang kamera tahu keisengan saya, jadi saya urungkan niat itu. Sementara kedua anak-anak itu bermain lompat-lompatan. Nampaknya luput dari perhatian mereka semua.
Waktu tiba di 'jembatan' kecil menuju jalan ke arah kasir, rombongan mereka memanggil seorang pelayan untuk minta bungkuskan sisa makanan yang ndak habis, sementara kedua ibu muda itu asyik dengan BB-nya.
Tiba-tiba saja saya dan Dede mendengar suara gejebur, persis suara ikan-ikan mas besar yang berebut makanan sisa. Saya dan Dede secara refleks menoleh, ya ampun.... ternyata itu suara satu anak mereka kecebur dalam kolam ikan, rupanya dia nungging di pagar penghalang ke kolam, dan terpeleset dengan kepalanya nyungsep dulu masuk air dengan kaki di atas!
Saya lihat kayaknya mereka terkesima, tidak ada yang berhamburan berusaha menolong anak itu, sementara anak itu diam tengkurap di dalam air, sudah masuk kepalanya di air kolam yang berwarna soklat. Baguslah secara refleks si pelayan lelaki itu langsung mencebur ke dalam kolam menyelamatkan si anak. Ternyata kolam itu cukup dalam, airnya mencapai dada si pelayan tuh!
Saya tidak perhatikan lagi setelah si pelayan berhasil mengangkat si anak ke darat, dan tentu saja anak itu menangis ketakutan. Yang kami dengar ada suara satu ibu yang menanyakan sepatu si anak, padahal si pelayan tadi buru-buru menyelamatkan si anak, tidak memikirkan HP + dompet-nya yang ikut basah kuyup.
Mungkin ada baiknya anda lebih memperhatikan anak-anak anda kalau sedang kopdaran ya?
Saya lihat kayaknya mereka terkesima, tidak ada yang berhamburan berusaha menolong anak itu, sementara anak itu diam tengkurap di dalam air, sudah masuk kepalanya di air kolam yang berwarna soklat. Baguslah secara refleks si pelayan lelaki itu langsung mencebur ke dalam kolam menyelamatkan si anak. Ternyata kolam itu cukup dalam, airnya mencapai dada si pelayan tuh!
Saya tidak perhatikan lagi setelah si pelayan berhasil mengangkat si anak ke darat, dan tentu saja anak itu menangis ketakutan. Yang kami dengar ada suara satu ibu yang menanyakan sepatu si anak, padahal si pelayan tadi buru-buru menyelamatkan si anak, tidak memikirkan HP + dompet-nya yang ikut basah kuyup.
Mungkin ada baiknya anda lebih memperhatikan anak-anak anda kalau sedang kopdaran ya?