Masih ingat mangga gedong (gincu) manis yang ada di meja makan rumah Imyang? Yang saya dikasih satu untuk digerogoti sambil menemani dia mandi itu?
Nah, sekali waktu Imyang membual bahwa mangga itu tidak dibelinya dari pasar. Metik di pohon? Bukan. Punya pohon sendiri? Bukan juga. Dikasih sodaranya? Bukan pula. Barter dengan pesawat - kayak barteran ama Thailand dengan beras ketan dulu itu, lho? Tentu saja bukan, jeh!
Jadi, dari mana tuh mangga kalau bukan dibeli?
Kecepatan tangan!
Itu jawabnya. Yang dimaksud kecepatan tangan adalah..... ambil tanpa diketahui penjajanya, jadi gak usah bayar toh?
Ya. Bener. Anda menebak tepat sekali. Dia mencuri mangga dari penjaja di pasar yang los-nya bersebelahan dengan los beras mamahnya.
Saya penasaran. Dia lantas membuktikannya. Saya diajak menyeberang jalan menuju pasar. Sambil jalan menuju los beras yang agak dalam letaknya, kami mesti melwati los buah-buahan, Imyang disapa para penjaja buah-buahan yang los-nya terletak di bagian depan pasar, karena para saudagar buah itu kenal dengan mamahnya.
Sambil menyapa begitu, tangannya menyentuh tumpukan demi tumpukan mangga gedong yang menjulang tinggi, merah-merah, ranum-ranum itu. Tiba di toko beras mamahnya, dia tunjukkan yang ada di tangannya: sebuah mangga merah ranum dan matang.
Benar. Ternyata dia memang punya ilmu kecepatan tangan. Tadi saya perhatikan, dia hanya menyentuh tumpukan mangga di bakul buah besar, cuma menyentuh saja lho. Eh, ternyata ada satu buah yang 'ikut' nempel di genggaman tangannya tuh, euy!
Jadi, si Imyang ternyata pencuri?
Hehehe..... jangan praduga tak bersalah. Benernya sih tu mangga dibeli mamahnya. Setiap kali si Imyang mempraktekkan kebolehannya dengan kecepatan tangan, si pedagang buah akan melapor ke mamahnya, dan menagih pembayarannya. Hanya saja, dia gak tahu bahwa si pedagang itu tahu, begitu pun mamahnya - hanya saja mereka tak mau memberitahu si Imyang.
Mangga gedong gincu itu ukurannya kecil, bisa 'ditilep' dalam genggaman tangan tanpa terlihat. Dengan sedikit latihan, anda bisa juga menirukan cara si Imyang - asal saja anda punya mamah yang jual beras di sebelah los buah. sebab si pedagang buah matanya jeli, gak mungkin terlewatkan olehnya secepat apa pun tangan anda menilep tu dagangannya atuh!
Di samping ukuran buahnya kecil, pelok (biji)nya besar, banyak seratnya pula, mana kulitnya tebal. Paling enak makan mangga gedong itu dibejek-bejek dulu sampai gembur, lalu dilubangi sedikit kulitnya pada bagian ujung, baru kemudian dihisap-hisap jusnya dari lubang kecil itu.
Kayak minum jus langsung dari buahnya ya - jaman itu blender belum ditemukan sih, setidaknya di toko di Cirebon gak ada yang jual tuh. Sesudah jus-nya habis, barulah kulitnya dikupas dan sisa-sisa daging buahnya yang masih menempel di serat-nya yang melekat erat di peloknya itu, digerogoti dan dihisap-hisap....rasanya asam-asam manis-manis dan seger-megerrrr......
Anda mau ikut menggerogoti tah?