Kemaren sore saya dapat SMS dari teman yang barusan mantu di Semarang. Dia menanyakan ihwal kamar hotel yang dia booking untuk saya menginap. Apakah saya lantas menginap di lantai 1 atau lantai 3.
"Phoeng, tq sekali lg utk perhatianmu wkt wedding anakku.. Skedar crosscheck ada kisruh 1 kmr, did u get a room on 1st or 3rd floor? Ini lg kuurus.."
Waktu itu saya dikasih tahu pestanya di Hotel Prata Jasa Semarang - gak salah saya ketiknya, lihat saja foto pertama. Jadi teman saya sediakan satu kamar untuk saya menginap semalam di tempat yang sama. Seperti yang sudah-sudah, biasanya itu berarti kamar hotel sudah dibayari yang mengundang.
Jadi, waktu check out, saya pikir cuma tanda tangan dan minta balik KTP, selesai sudah. Ternyata tidak. Saya ditagih harga kamar untuk menginap semalam. Saya diberi kamar di lantai 1, kalau tak salah kamar nomor 139 - dekat ruang resepsi, itu atas inisiatip receptionist, ketika saya tiba agak mepet waktunya: pukul 17:00-an, sementara pestanya mulai pukul 18:00. Saya pikir itu suatu good gesture pihak hotel yang berusaha menunjukkan hospitality-nya.
Ternyata kamarnya sudah tua, di bagian langit-langit kamar mandi dekat pintu sudah lapuk dan lembab - kayaknya sih bekas bocoran air dari kamar di atasnya, juga saluran pembuangan air shower yang merangkap bath tub agak mampet, air menggenang dulu agak lama baru surut.
Dan, pagi harinya, ketika selesai sarapan dan balik ke kamar, saya mendapat s-u-r-p-r-i-s-e bonus: kami dikunjungi tamu kecil tak diundang yang merayap-rayap di lantai berkarpet - the old style standard for the old hotel room in the old times, yakni si die hard*) nan menjijikkan sangat: the cockroach aka kecoak aka coro!
Saya sudah komplain melalui surat yang mereka sediakan berupa warkatpos ditujukan ke general manager-nya (foto pertama), yang saya yakin akan langsung masuk recycle bin mereka. Sebab isinya bukanlah suatu testimoni yang in favour to their wants, it did not meet their requirements at all, jeh!
Back to the topic: SMS dari teman saya itu.
Jadi, menurut receptionist hotel yang menagih saya, pihak tuan tumah cuma membuat reservasi, dan karena mereka pesta di ruang resepsi hotel, ada diskon khusus bagi para tetamunya yang menginap di hotel tsb. Ya sudah, karena keterangannya jelas dan gamblang. Saya bayar pakai KK saya. Harga 'published rate' 750 rebu ++ menjadi 425 rebu nett.
Ternyata cerita versi teman saya berbeda. Teman saya sudah book dan tarok deposit untuk semua kamar yang dipakai oleh tetamunya yang menginap di lantai 3.
"Lhoh...Kmu byr? Tak urus-e.. Kmu hrsnya nda byr. Sdh msk itunganku.... Wah.... Tlg no ac mu ya, hrs dikembalikan uangmu... Tlg ya ksh no ac-mu, lg kuurus soalnya."
Pihak receptionist hotel rupanya sudah berinisiatip sendiri, sengaja memberi saya kamar di lantai 1, bukan di lantai 3 yang sudah di-book oleh teman saya, dan untuk itu, mereka pikir dapat income tambahan pula dari saya.
Mereka gak 'ngeh' sudah bikin malu teman saya kalau begitu ya?
PS: *) Kecoak mendapat julukan die hard, atau film Die Hard terilhami si kecoak(?), karena bener-bener mereka susah dibunuh - kalau anda cuma menginjaknyanya begitu saja, mereka bisa hidup lagi, merayap dengan badan gepeng sekalipun, anda mesti memisahkan kepala mereka dari badannya barulah mereka bener-bener mati. Racun seranggacuma bikin mereka teler sebentar, tak lama mereka akan bangkit lagi dari 'kematian'nya dan ngeloyor pergi menyusup di sela-sela lemari dapur yang lembab dan pengap. Kagak percaya? Cobalah sendiri, jeh!
Gambar poster iklan film Die Hard, diambil dari sini.