Hari ke-2 Tomb Hunter (TH) di Jakarta, saya jemput di rumah cihu-nya (suami cici ipar - cici isterinya) di kawasan Gading Serpong. Langsung sarapan dulu di..... mana lagi kalau bukan di Pasmo BSD. Mau makan di Akay tapi lagi tutup, jadi kami pergi ke Bakmi Bebe. Sama-sama kedai bakmi tanpa MSG, berbabai punya. Rasanya sih imbang-imbang, tapi alirannya agak beda. Bakmi Bebe sedia bakut, cukiok (kikil babai) juga babai hong (daging samcwan masak kicap), sementara Akay cuma babai panggang manis dan asin.
Selesai sarapan, kami mencari kerabat TH di kawasan BSD - sektor 1, deket ama Pempek Pondok Ungu. Gak susah nyarinya, karena nyonyah mayan tahu dan kenal keluarga-keluarga Katolik di kawasan BSD, apalagi kalau deket-deket kedai makanan. Paling hapal saya di bidang itu, jeh!
Bernostalgia dengan kerabatnya (paling aman pake istilah kerabat ya, soalnya gak ingat lagi bagaimana hubungannya), ngobrol cukup lama di rumahnya. Potrek-potrek. Lalu kami pamitan untuk mencari kerabat TH yang jadi selebriti di bidang kecantikan di kawasan Bbrother's Land aka Tanah Abang sono.
Benernya sih sang selebriti ini sudah ditelepon sejak beberapa hari lalu. Semalam juga sudah coba dihubungi, tapi semua nomer-nya tidak berbalas pantun aka was dead. Mungkin sudah ganti nomer atau memang lagi cuti terima telepon. Jadi kami go show ajah, untung-untungan. Kalau masih keburu ya dapat seat, eh, ketemu ama beliau gitu lho.
Ternyata setiba di salon kecantikannya yang cukup mewah di kawasan Tanah Abang, Jakarta pusat, kata staf asisten-nya sih beliau ada. Cuma karena gak kenal ama selebriti van Holland yang saya bawa, sang asisten gak berani bangunin beliau yang sedang tidur, katanya sih kelelahan karena baru pulang dari Bali semalam.
Jadi, gatot - gagal total dah misi saya mempertemukan dua selebriti itu.
Sementara itu, paginya, ketika masih di kawasan GS - Gading Serpong, saya ingat TH pengen makan twa-hoan (usus babi) goreng garing, seperti yang pernah dia makan waktu masih sekolah di Jakarta dulu. Dia ngiler abis ketika baca posting di milis sebelah dari satu TM di Bogor yang cerita bahwa ada satu kedai twa-hoan yang enak di Bogor. Posting itu merupakan respon dari diskusi yang saya lontarkan, tentang.... apalagi, kalau bukan makan enak, jeh!
Saya ingat bahwa RM Rico yang punya cabang di KL - Kebayuran Lame dan GS itu sedia menu twa-hoan goreng. Saya coba tanya yang di GS, ternyata mereka holiday on Monday. Saya cek yang di KL, same-same was closed on Mondays, too, tuh!
Tapi, masih ada harapan. Katanya yang di KL kebetulan terima pesanan orang, jadi hari Senin itu masak khusus untuk pesanan. Jadi bisa sekalian dimasakkan kalau mau pesan antar saja sih. Ya tentu saja gayus, eh, gayung segera bersambut. Saya minta twa-hoan goreng garing masak kicap manis itu 2 porsi dan tambahan setengah ekor ayam opor - ini bukan sembarang opor punya, katanya.
Sepulang dari misi yang gagal di Tanah Abang, kami mampir ke rumah saya di KL dulu. Sebab janji berikutnya mau bertemu dengan selebriti yang lain di bidang lain di kawasan KL juga. Ketemu gak ketemu para selebriti, sing penting..... mwakan dwulu, dwong, dweh, jweh!
Twa-hoan goreng garing, kicap-nya disediakan terpisah dalam plastik. Kemripik dan garingnya si twa-hoan masih cukup terjaga, ning ya beda ama kalau langsung dihidangkan selesai digoreng dan disirami kicapnya masih dalam wajan. Tapi, ibarat kata peribnasa ' tiada akar, rotan pun jabi-larrr...', maka nikmati dan syukuri saja yang sudah kami terima, jeh!
Sesekali - gak mesti setahun sekali inih, masukin BBU - Bahan Baku Utama produksi kolesterol, is oke lah yaw.
Menu ke-2 adalah ayam opor ala RM Rico - kabarnya ni resto dulu sih langganan Encek Liem Soei Liong. Ini opor bukan yang pake santen agak kentel, putih sampai kayak dikasih blondo - kayak kolek pisang ala Cerebonan itu, tapi lebih kayak ayam + galantine disiram saus soklat itu.
Ada ayam yang digoreng COSTI - Crispy Outside Soft & Tender Inside dengan warna soklat - kayaknya sih diborehi marinate bumbu ngohiang, plus ada 'isian' aka semacam stuffed chicken, dengan isi berupa daging (babai + udang?) yang dicincang halus, ditambahi tepung, lalu diisikan ke dalam rongga perut sang ayam nan malang itu, lalu dikukus(?) dulu, baru digoreng garing (kulitnya sajah) kalau ada yang pesen.
Karena pesennya cuma setengah ekor (yang terima order bilang cukup untuk berdua), jadi isian-nya sudah terburai. Lalu ada siraman saus soklat kayak bestik Jowo itu, dikasih butiran kacang polong kalengan, bortel irisan dan kentang goreng, juga daun selada sebagai garnish merangkap kondimen. Acar timun dan rawit disertakan sebagai ekstra kondimen.
Rasanya? Tentu saja enak-penak. Makan yang enak itu sangatlah dipengaruhi oleh suasana hati. Kalau anda sedang berbesar hati, ditemani teman yang seiring sejalan - bukan sekedar 'teman' yang mencari kesempatan dalam kesempitan - suka menusuk dari belakang, tentu saja makan apa pun akan terasa enak. Makan tanpa rasa was-was, hati senang, perut pun kenyang.
Bon apetit!