Minggu siang, 16 Mei 2010, dapat SMS dari SH - The Tomb Hunter van Holland. Ternyata dia salah baca jadwal. Tiba di Jakarta Minggu siang dari Bali. Sebenernya dia sudah masuk ke Indonesia sejak seminggu sebelumnya. Langsung ke Bali bersama nyonyah dan adik nyonyah + suaminya.
SH mesti ngumpulin cuti dulu kalau mau ke Indonesia. Demi kegemarannya akan silsilah keluarga. jadi, setiap tahun mestilah dia berhemat dengan cutinya di tempat kerjanya di Holland sana. Supaya bisa punya waktu lebih lama untuk mencari silsilah keluarga, terutama Yeo (sne keluarga ayahnya), The (keluarga mamanya), Gan (kerabat dari tante-nya yang menikah dengan keluarga Gan), dan Khoe (keluarga isterinya) - katanya sih gara-gara menikah dengan anak keluarga Khoe inilah, baru dia mulai gandrung akan silsilah.
Kebetulan saja Khoe-nya sama dengan keluarga mami mertua saya, jadi secara 'kebetulan' juga akhirnya kami get connected dan berkerabat. SH mesti memanggil 'khouw' (adik papah) kepada nyonyah saya, dan 'khouw-thio' kepada saya.
Selepas makan siang, dia datang bersama suami adik-iparnya. Gak susah cari rumah saya, sebab suami adik ipar-nya punya ex boss yang tinggal di daerah Permata Hijau juga dan sering juga ke rumahnya.
Kami rundingan jadwal rencana kunjungan. Sudah diset, Senin di Jakarta, ketemu beberapa teman di Jakarta. Selasa langsung berangkat ke Bdg.euy!
Malamnya ke rumah satu saudara SH, asal Cirebon. Di bilangan Karet Setiabudi. Ngobrol-ngobrol, karena beda sekolah, kami tidak saling kenal sebelumnya di Cirebon walau sebaya juga.
Makan malam di Bakmi Karet. Bakmi legendaris yang dibuat dengan ukuran gak umum: besar sangat dibandingkan bakmi seumumnya. Tuan rumah yang memaksa traktir, karena baru kali itu ketemu The Tomb Hunter. Bakminya bakmi masak - ala lomie begitu. Berkuah nyemek saja. Isinya mayan kumplit, pake daging (babai) dan hebi (ebi) aka udang kering - ini yang bikin anda ketagihan, ada amis-amis gurihnya gitu lho, jeh!
Pas makan, saya mengabari TM di milis ST - Silsilah Tionghua, mukim di Bandung, pakar budaya Tionghua, mendalami dokumen berbasa Jawa dan kelenteng-kelenteng - inisal namanya SuMur. Dia bilang bantei (hwesio) yang punya rumah singgah di Parakan berbentuk 'kelenteng' itu mau ketemu SH, kalau sempat.
Jadi, diputuskan ke rumah bantei di bilangan Kepa Duri, Green Ville, Jakarta barat, bersama kedua suami isteri kerabat SH yang traktir makan Bakmi Karet, yang ternyata kenal juga dengan sang bantei.
Kami ngobrol cukup lama di rumah bantei, rumah besar dan berpagar otomatis - sebelum mobil saya full masuk, rupanya sudah ditekan 'tutup' oleh operatornya, jadi pintu mobil terserempet si pagar besi.
Bantei senang juga mengumpulkan silsilah. Jadi perbincangan dengan Tomb Hunter seru juga. Saling tukar-menukar info ttg sesiapa get connected dengan siapa. Rumahnya besar, penuh dengan meja-lemari dan perabotan kuno. Beliau baru saja menjalani operasi usus di Singapura, tapi tetap semangat berbincang-bincang dengan Tomb Hunter. saya mah cukup jadi tukang nyeletuk kalau pas nyambung dengan nama yang saya ingat dan tahu.
Kalau saja tidak kami paksa, tentu saja perbincangan bisa sampai larut malam. Bung SuMur sudah mengintakan via SMS sebelumnya, kalau bisa jangan berlama-lama supaya bantei bisa beristirahat.
Jadi, sebentarnya kami berbincang ya sampai sekitar 120 menit juga. Kalau naek mobil ke Bandung, lewat tol Cipularang, pastilah sudah sampai ya? Hari sudah cukup larut, sekitar pukul 23:00-an kalau gak salah ingat, lusa mau ke Bdg.euy!
Mau ikutan tah?