Setting waktu: Rabu, 19 Mei 2010, tempatnya di kampus Unpad, Dipati Ukur-35, Bandung, Gedung Retorat baru, Lantai 4, acaranya Peluncuran Buku dan Seminar "Peranan Komunikasi Etnik Tionghoa Bagi Pembentukan Kesadaran Kebangsaan".
Di sesi tanya jawab, ada satu penanya yang 'protes' karena katanya orang Tionghua suka 'eksklusip'. Mereka akan marah kalau dipanggil 'mbak' atau 'mas', maunya dipanggil 'tacik' dan 'enko'. Padahal ini 'kan di Indonesia ya?
Atas 'protes' tsb., pembicaranya, yang orang Sunda asli menjawab: Ya, susah juga kalau soal panggilan ini. Saya sendiri, jujur, rasanya koq bagaimana ya kalau di jalan pas naik bes (bus, bis) dipanggil dengan 'mas'. Saya lebih suka dipanggil 'pak' ajah tuh, euy!
Saya terpaksa ngakak keras sekali mendengar jawaban-nya.
Sebab secara refleks, saya ingat pernah baca di blog seorang teman - anak Bandung, yang bilang bahwa di Bandung gak ada Jalan P. Mangkubumi, sebaliknya di Solo ndak ada Jalan Pajajaran. Saya ngakak geli karena saya pikir itu cuma sekedar lelucon yang beredar di internet ajah, jeh!
Jadi, kumaha atuh, damang kang?