Nenek moyang kita pernah bikin pepatah: memang lidah tak bertulang, jadi bisa saja keseleo lidah, terucap kata yang salah atau menyangkal kata yang pernah diucapkan.
Itu cuma sekedar kiasan, tapi apa bener secara harafiah lidah tak bertulang?
Kalau yang dimaksud adalah lidah sapi, lidah babi atau lidah kambing dan hewan ruminansia besar lainnya, termasuk homo sapiens - orang, mungkin bener. Tapi, kalau lidah unggas seperti ayam, bebek dan burung, kayaknya gak bener juga.
Barusan saya lihat di acara TV kabel, saluran TLC - Travel Living Channel, program "Bizarre Foods With Andrew" si botak plontos itu. Kali ini cerita ttg makanan di pasar Kamboja.
Satunya adalah ihwal bebek.
Katanya, semua bagian bebek dimakan di Asia Tenggara, juga di Kamboja, termasuk... lidahnya. Buat mereka, bule, kata si Andrew, lidah bebek termasuk bizarre food - makanan aneh tuh, euy!
Orang Kamboja cuma memandang lidah bebek dengan sebelah mata saja, cuma pantes dikumpulin dulu agak banyak, lantas ditusukin di lidi dan digoreng garing begitu saja, seperti halnya kita memperlakukan jantung-jantung ayam buat kondimen ketika nyabu - nyarap bubur ayam gitu doang tuh, jeh!
Padahal, kalau anda ketik 'duck tongue' di google, anda akan disodorin aneka menu berbahan lidah bebek ala Chinese food. Dimasak cah, angsio (kayak kaki ayam), rebus, sup, dan lain-lain.
Konon kabarnya dulu lidah bebek merupakan makanan inggil adiluhung spesial buat para kaisar dan keluarganya di ring-1 kalangan bangsawan dan menak sahaja. Lha, bagaimana tidak? Untuk seporsi menu masakan lidah bebek, terdiri dari banyak utas lidah bebek, berapa ekor bebek diperlukan tuh ya?
Saya pernah diajak makan oleh bekas teman saya, semasa TK dan SD di THHK Cirebon. Pas seusai acara reuni ex THHK tsb. sekitar tahun 2005-an. Makannya di resto Ah Yat(?) yang ada di Mangga Dua Square. Itu termasuk satu resto fancy high end punya juga. Dan, satu menunya, menu umpan tekak aka appetizer or starter, adalah steamed duck tongue.
Namanya juga resto fancy, menu lidah kukus itu disajikan dengan gaya yang elite punya: pakai piring saji besar, sang lidah, satu demi satu dijejer agak ke tepian piring saji, melingkari piring, dengan selang-seling kondimen berupa sayur, sayur apa entah sudah lupa lagi.
Cara makannya tentu saja mesti dijumput pakai sumpit, lalu masukkan ke dalam mulut, dikecap-kecap dulu rasanya yang gurih, baru nikmati teksturnya dengan dikunyah-kunyah, dan tarik balik 'tulang'nya dari mulut dengan sumpit, lalu sisihkan di piring kecil yang ada di depan anda.
Dan, ternyata lidah bebek teksturnya ya mirip lidah sapi atau lidah babai, if you know what I mean, kenyal-kenyal dan agak-agak kesat, ning... nih dia: ternyata ada semacam tulang (atau memang tulang)?) yang menjadi dasar pada bagian bawah si lidah bebek itu.
So, siapa bilang lidah (bebek) tak bertulang ya?
PS: Gambar diambil dari sini. Untuk gambar-gambar lain, bisa klik di sini.